STANDAR KOMPETENSI 2
MEMAHAMI KELANGSUNGAN HIDUP MAKHLUK HIDUP
Tujuan Pembelajaran 
setelah mempelajari standar kompetensi ini, siswa diharapkan mampu 
1. Mendskripsikan adaptasi makhluk hidup
2. Mendeskripsikan selsksi alam dan perkembangbiakan makhluk hidup
3. Mendeskripsikan konsep pewarisan sifat makhluk hidup 
4. Mengetahui perbedaan jenis-jenis persilangan antar individu
5. Mendeskripsikan proses pewarisan sifat
6. Mendeskripsikan hasil pewarisan sifat beserta penerapannya
7. Menjelaskan dampak penerapan bioteknologi
Kompetensi Dasar 2.1
Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, perkembangbiakan.
A. Pengertian Kelangsungan Hidup
Kita ketahui bahwa tidak ada makhluk 
hidup di muka bumi ini yang mampu bertahan hidup tanpa mengalami 
kematian, karena setiap makhluk hidup memiliki waktu kehidupan atau umur
 yang terbatas. Misalnya umur pohon kelapa jauh lebih lama daripada umur
 pohon jagung. Bagaimanapun sempurnanya perawatan suatu tanaman, jika 
tanaman tersebut telah mencapai batas usia maksimal maka akan mati. Pada
 pohon pisang, setelah berbuah bisa dipastikan akan segera mati. Namun, 
jika kamu amati dengan seksama, sebelum berbuah dan akhirnya mati, pohon
 pisang tersebut menumbuhkan tunas baru pada bagian bonggolnya. 
Tumbuhnya tunas tersebut mengakibatkan tanaman pisang tetap terjaga 
kelangsungan hidupnya, meskipun induk pohon pisang telah mati. 
Pertumbuhan pohon pisang silih berganti secara alamiah. Hal tersebut 
tentunya juga terjadi pada makhluk hidup lain termasuk hewan dan 
manusia.
Setiap makhluk hidup telah dibekali oleh 
Tuhan Yang Maha Kuasa dengan kemampuan untuk mempertahankan hidupnya dan
 menjaga keturunannya supaya tetap lestari. Tetapi, karena keserakahan 
makhluk hidup yang lebih tinggi tingkatnya dan ketidakpedulian manusia 
akan kelestarian lingkungan hidup telah merusak ekosistem yang baik. 
Telah
menjadi hukum alam bahwa makhluk yang lemah akan dimangsa oleh makhluk yang lebih kuat, atau yang kita kenal dengan hukum rimba.
menjadi hukum alam bahwa makhluk yang lemah akan dimangsa oleh makhluk yang lebih kuat, atau yang kita kenal dengan hukum rimba.
Setiap jenis makhluk hidup dapat lestari 
jenisnya sampai saat ini karena berasal dari makhluk hidup sebelumnya 
yang sejenis dapat bereproduksi dan berdaptasi dengan lingkungan. Jika 
makhluk yang hidup pada zaman dulu tidak mampu bertahan dalam 
kelangsungan hidupnya, maka jenis makhluk hidup itu akan punah seperti 
dinosaurus. Kelangsungan hidup organisme dipengaruhi oleh kemampuan 
adaptasi terhadap lingkungan, seleksi alam, dan perkembangbiakan.
B. Adaptasi
1. Pengertian
Adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup 
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Ada beberapa cara 
penyesuaian diri yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara penyesuaian 
bentuk organ tubuh, penyesuaian kerja organ tubuh, dan tingkah laku 
dalam menanggapi perubahan lingkungan. Dari pengertian adaptasi 
tersebut, ada tiga macam bentuk adaptasi, yaitu:
a. adaptasi fisiologi
b. adaptasi tingkah laku,
c. adaptasi morfologi.
a. adaptasi fisiologi
b. adaptasi tingkah laku,
c. adaptasi morfologi.
Adaptasi terlihat dari adanya perubahan 
bentuk luar atau dalam suatu makhluk hidup sesuai dengan situasi dan 
kondisi lingkungan tempat hidupnya. Perubahan ini bersifat tetap dan 
khas untuk setiap jenis sehingga bisa diwariskan kepada keturunannya.
2. Jenis-jenis Adaptasi
a. Adaptasi fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian 
diri makhluk hidup melalui fungsi kerja organ-organ tubuh supaya bisa 
bertahan hidup. Adaptasi ini berlangsung di dalam tubuh sehingga sulit 
untuk diamati.
Ikan air laut menghasilkan urine yang 
lebih pekat dibandingkan dengan ikan sungai. Ikan air laut menghasilkan 
urine lebih pekat dibandingkan dengan ikan sungai. Hal ini dikarenakan 
kadar garam air laut
lebih tinggi dari pada kadar garam air tawar. Tingginya kadar garam menyebabkan ikan kekurangan air sehingga ikan harus banyak minum. Akibatnya, kadar garam dalam darahnya menjadi tinggi sehingga untuk mengurangi kepekatan cairan dalam tubuhnya, ikan mengeluarkan urine yang pekat.
lebih tinggi dari pada kadar garam air tawar. Tingginya kadar garam menyebabkan ikan kekurangan air sehingga ikan harus banyak minum. Akibatnya, kadar garam dalam darahnya menjadi tinggi sehingga untuk mengurangi kepekatan cairan dalam tubuhnya, ikan mengeluarkan urine yang pekat.
Kekebalan serangga terhadap insektisida akan meningkat (menjadi kebal) karena penggunaan insektisida secara terusmenerus.
Hewan-hewan herbivor beradaptasi terhadap
 makanan secara fisiologis. Sapi, kambing, kerbau, dan domba merupakan 
hewan herbivor yang dapat mencerna zat makanan di dalam lambung. Rayap 
dan Teredo navalis yang hidup di kayu galangan kapal dapat mencerna kayu
 dengan
bantuan enzim selulose.
bantuan enzim selulose.
Selain hewan, manusia dan tumbuhan dapat 
beradaptasi dengan lingkungannya secara fisiologi. Tubuh manusia mampu 
menambah jumlah sel darahmerah apabila berada di pegunungan yang lebih 
tinggi. Hal tersebut dapat mengikat oksigen lebih banyak untuk mencukupi
 kebutuhan sel-sel tubuh.
Mata manusia dapat menyesuaikan dengan 
intensitas cahaya yang diterimanya. Ketika di tempat gelap, maka pupil 
kita akan membuka lebar. Sebaliknya di tempat yang terang, pupil kita 
akan menyempit. Melebar atau menyempitnya pupil mata adalah upaya untuk 
mengatur intensitas cahaya.
Jumlah sel darah merah orang yang hidup 
di daerah pantai lebih sedikit dibandingkan orang yang tinggal di daerah
 pegunungan. Hal ini disebabkan karena tekanan parsial oksigen di daerah
 pantai lebih besar dibandingkan daerah pegunungan. Jika tekanan parsial
 oksigen rendah, maka dibutuhkan lebih banyak sel darah merah untuk 
mengikat oksigen. Tekanan parsial oksigen adalah perbandingan kadar 
oksigen di udara dibandingkan dengan kadar gas lain di udara.
Bau yang khas pada bunga dapat mengundang
 datangnya serangga untuk membantu penyerbukan. Bunga jenis ini 
menghasilkan madu atau nectar, dan serbuk sarinya mudah melekat. Akar 
dan daun pada tumbuhan tertentu dapat menghasilkan zat kimia yang berbau
 khas yang dapat menghambat tumbuhan lain di dekatnya. Contoh di atas 
termasuk dalam adaptasi fisiologi.
b. Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian 
diri terhadap lingkungan dengan mengubah tingkah laku supaya dapat 
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adaptasi tingkah laku dapat berupa
 hasil belajar maupun insting/naluri sejak lahir. Terdapat dua macam 
tingkah laku, yaitu sebagai berikut.
1) Tingkah laku sosial, untuk hewan yang hidup berkelompok.
2) Tingkah laku untuk perlindungan. Contohnya babi hutan akan menggali lubang persembunyian dengan kukunya ketika melihat singa, trenggiling akan menggulung tubuhnya bila bertemu musuh. Contoh lain adalah kamuflase, misalnya pada bunglon dan gurita.
1) Tingkah laku sosial, untuk hewan yang hidup berkelompok.
2) Tingkah laku untuk perlindungan. Contohnya babi hutan akan menggali lubang persembunyian dengan kukunya ketika melihat singa, trenggiling akan menggulung tubuhnya bila bertemu musuh. Contoh lain adalah kamuflase, misalnya pada bunglon dan gurita.
Mimikri adalah kemampuan untuk meniru 
bentuk, suara, dan tingkah laku seperti hewan lain sehingga akan dikira 
predator atau hewan yang beracun atau berbahaya. Migrasi juga merupakan 
bentuk adaptasi tingkah laku dengan cara bergerak dari satu kawasan ke 
kawasan lain dan kemudian kembali lagi. Hewan bermigrasi dengan berbagai
 alasan antara lain memperoleh iklim yang baik, makanan yang cukup, 
tempat yang lebih aman, dan kepentingan perkembangbiakan.
Hewan yang hidup di daerah kutub atau 
daerah yang mengalami pergantian empat musim yang perbedaan suhunya 
ekstrim, biasanya melakukan hibernasi. Hibernasi adalah tidur dalam 
jangka waktu yang lama ketika suhu lingkungan rendah. Aktivitas tubuh 
seperti denyut jantung dan napas sangat pelan sehingga hanya memerlukan 
energi/makanan yang sedikit. Contohnya kelelawar, ular, dan beruang 
kutub. Selama hibernasi hewan menggunakan lemak dalam tubuh sebagai 
sumber energi.
Kucing mengincar mangsanya dengan cara 
mendekam. Ketika mangsa mendekat dan lengah, maka kucing akan meloncat 
dan menerkam mangsanya. Tingkah laku demikian untuk menghemat energi. 
Lain halnya dengan cicak. Cicak akan memutuskan ekornya pada saat berada
dalam ancaman. Paus naik ke permukaan air ketika akan mengambil oksigen untuk pernapasannya. Hewan rayap itu buta, untuk menemukan jalan dia membuat terowongan dari tanah yang dapat menuntunnya menuju ke tempat makanan atau sarangannya.
dalam ancaman. Paus naik ke permukaan air ketika akan mengambil oksigen untuk pernapasannya. Hewan rayap itu buta, untuk menemukan jalan dia membuat terowongan dari tanah yang dapat menuntunnya menuju ke tempat makanan atau sarangannya.
c. Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian 
makhluk hidup melalui perubahan bentuk organ tubuh yang berlangsung 
sangat lama untuk kelangsungan hidupnya. Adaptasi ini sangat mudah 
dikenali dan mudah diamati karena tampak dari luar.
Meskipun hewan dapat bergerak bebas, 
hewan juga melakukan beragam adaptasi morfologi untuk menyesuaikan 
dengan tempat hidup dan jenis makanannya. Adaptasi morfologi berupa 
penyesuaian tubuh hewan seperti ukuran dan bentuk gigi, penutup tubuh, 
dan alat gerak hewan. Gigi disesuaikan dengan jenis makanannya, sehingga
 gigi hewan pemakan daging berbeda dengan hewan pemakan tumbuhan. 
Penutup tubuh seperti rambut, duri, sisik, dan bulu yang tumbuh dari 
kulit disesuaikan dengan kondisi lingkungannya sehingga dapat membantu 
hewan untuk tetap bertahan hidup. Contoh yang lain adalah variasi tulang
 belakang dan sirip pada ikan pari disebabkan perbedaan suhu saat 
pertumbuhannya, jenis kelamin kura-kura ditentukan oleh variasi 
temperatur saat inkubasi (pengeraman), serta bentuk paruh dan kaki 
burung bervariasi sesuai dengan jenis makanan dan habitatnya.
Burung kolibri memiliki paruh panjang dan
 runcing. Paruh ini digunakan untuk menghisap madu. Serangga juga 
beradaptasi dengan lingkungan melalui bentuk organ tubuhnya.  Organ 
tubuh jangkrik dan belalang yang digunakan untuk beradaptasi adalah 
mulut. Mulut kedua hewan tersebut mempunyai rahang bawah dan atas yang 
kuat.
Selain hewan, tumbuhan juga beradaptasi dengan lingkungannya melalui bentuk tubuhnya, yaitu:
1) Tumbuhan Xerofit
Tumbuhan xerofit memiliki struktur fisik 
yang sesuai untuk bertahan hidup pada suhu yang ekstrim panas dan 
kekurangan air. Contohnya adalah kaktus dan sukulen. Kaktus dapat 
bertahan hidup dalam kondisi kering.
Bentuk adaptasinya yaitu daun tidak 
berbentuk lembaran sebagaimana tumbuhan lainnya, tetapi mengalami 
modifikasi menjadi duri atau sisik. Kaktus mampu menyimpan air pada 
batangnya. Seluruh permukaannya dilapisi oleh lilin untuk mengurangi 
penguapan. Sistem perakarannya panjang untuk mencapai tempat yang jauh 
yang mengandung air.
2) Tumbuhan Hidrofit
Tumbuhan hidrofit adalah tumbuhan yang 
hidup di air. Adaptasi morfologi yang dilakukan antara lain memiliki 
rongga udara di antara sel-sel tubuhnya sehingga dapat mengapung. 
Daunnya lebar dan stomata terletak di permukaan atas. Contoh tumbuhan 
hidrofit adalah kangkung, eceng gondok, dan teratai.
3) Tumbuhan Higrofit
Tumbuhan higrofit adalah tumbuhan yang 
hidup di lingkungan lembab dan basah. Adaptasinya yaitu mempunyai daun 
yang tipis dan lebar.
C. Seleksi Alam
Dalam kehidupan sehari-hari, seleksi berarti pemilihan, dan alam
berarti segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup. Jadi, seleksi alam adalah pemilihan makhluk hidup yang dapat hidup terus dan tidak dapat hidup terus yang dilakukan oleh lingkungan sekitar dan terjadi secara alamiah. Bisa juga diartikan sebagai musnahnya beberapa makhluk hidup karena tidak dapat menyesuaikan diri.
berarti segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup. Jadi, seleksi alam adalah pemilihan makhluk hidup yang dapat hidup terus dan tidak dapat hidup terus yang dilakukan oleh lingkungan sekitar dan terjadi secara alamiah. Bisa juga diartikan sebagai musnahnya beberapa makhluk hidup karena tidak dapat menyesuaikan diri.
1. Faktor penyeleksi alam
Seleksi alam ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
a. Suhu lingkungan
Di daerah dingin dijumpai hewan-hewan mamalia yang
berbulu tebal, sedangkan di daerah tropis hewan mamalianya berbulu tipis. Dalam hal ini, yang menjadi faktor penyeleksi adalah suhu lingkungan. Karena hewan mamalia yang berbulu tipis umumnya tidak akan bisa menyesuaikan diri pada lingkungan yang bersuhu sangat rendah sehingga hewan tersebut akan tereliminasi dan punah. Beruang kutub berbulu tebal untuk membuatnya tetap hangat. Selain bulunya, beruang kutub juga mempunyai lapisan lemak yang digunakan untuk
menghangatkan tubuhnya.
berbulu tebal, sedangkan di daerah tropis hewan mamalianya berbulu tipis. Dalam hal ini, yang menjadi faktor penyeleksi adalah suhu lingkungan. Karena hewan mamalia yang berbulu tipis umumnya tidak akan bisa menyesuaikan diri pada lingkungan yang bersuhu sangat rendah sehingga hewan tersebut akan tereliminasi dan punah. Beruang kutub berbulu tebal untuk membuatnya tetap hangat. Selain bulunya, beruang kutub juga mempunyai lapisan lemak yang digunakan untuk
menghangatkan tubuhnya.
b. Makanan
Setiap makhluk hidup memerlukan makanan. 
Makanan adalah kebutuhan primer makhluk hidup. Makanan akan menjadi 
faktor penyeleksi jika terjadi perebutan makanan. Makhluk hidup yang 
kuat dan mempertahankan makanannya akan dapat berlangsung hidup, 
sebaliknya hewan yang lemah dan tidak mampu bersaing dalam perebutan 
makanan akan tereliminasi dan punah.
c. Cahaya matahari
Faktor matahari berhubungan dengan 
penyeleksian tumbuhan tingkat tinggi yang berklorofil. Karena tumbuhan 
menggunakan cahaya matahari untuk pembentukan makanan.
2. Kepunahan makhluk hidup
Berdasarkan temuan fosil-fosil, dapat 
diketahui bahwa banyak jenis makhluk hidup yang hidup pada jaman dahulu 
tidak ditemukan lagi sekarang. Tetapi ada juga yang masih hidup sampai 
sekarang yaitu capung. Capung adalah hewan yang hidup pada jaman karbon 
sampai sekarang. Hewan lain yang hampir mirip dengan hewan yang telah 
punah adalah kadal dan komodo. Ketiga hewan tersebut adalah hewan 
yangtergolong dalam fosil hidup.
Dinosaurus merupakan contoh hewan yang 
telah punah. Para ilmuan berpendapat bahwa yang menyebabkan kepunahan 
hewan ini adalah perubahan iklim. Iklim yang terganggu akan menyebabkan 
kematian banyak jenis tumbuhan sehingga dinosaurus herbivor tidak bisa 
mendapatkan makanan. Sedangkan Dinosaurus karnivor dapat bertahan hidup 
untuk sementara. Tetapi dengan berjalannya waktu, hewan karnivorpun 
mati.
Saat ini, tingkah laku manusia banyak 
mempengaruhi proses seleksi alam. Perburuan liar, penangkapan, perusakan
 habitat, pencemaran lingkungan dapat mempercepat laju seleksi yang 
tidak alami. Akibat rusaknya habitat, banyak hewan liar yang harus 
bermigrasi ke daerah yang kurang sesuai dengan lingkungan alaminya. 
Mereka harus berjalan berkilo-kilometer untuk memperoleh makanan yang 
cukup.
Di Indonesia, terdapat banyak tumbuhan 
dan hewan yang hampir punah. Contohnya adalah harimau jawa, badak 
bercula satu, badak bercula dua, dan burung jalak bali. Hewan yang 
hampir punah tersebut disebabkan karena kerusakan habitat oleh manusia, 
perburuan liar, kemampuan adaptasinya rendah, serta tingkat reproduksi 
yang rendah.
D. Perkembangbiakan Makhluk Hidup
Perkembangbiakan makhluk hidup dapat 
dipergunakan untuk melangsungkan kehidupan. Karena bila tanpa 
perkembangbiakan, maka makhluk hidup akan punah. Misalkan pada suatu 
perkebunan terdapat populasi belalang yang terkena radiasi, sehingga 
belalang jantan menjadi mandul dan tidak dapat melakukan perkawinan 
dengan belalang betina. Ketidakmampuan belalang untuk berkembang biak 
akan menyebabkan belalang di perkebunan tersebut punah. Jadi, belalang 
tersebut tidak dapat menjaga kelestarian jenisnya karena tidak mampu 
berkembang biak.
Makhluk hidup ada yang mempunyai daya 
berkembang biak tinggi dan rendah. Makhluk hidup yang mempunyai daya 
berkembang biak tinggi akan mudah menjaga kelestarian hidupnya. Misalnya
 tikus, kucing, ilalang, dan enceng gondok.
Makhluk hidup yang mempunyai daya 
berkembang biak rendah sangat sulit menjaga kelangsungan dan kelestarian
 jenisnya. Misalnya gajah, hanya beranak sekali dalam dua tahun dan 
setiap kali beranak hanya seekor. Demikian pula badak, komodo, kancil, 
burung merak, jerapah, harimau, dan ikan paus biru yang hanya 
menghasilkan dua anak dalam waktu 10 tahun. Hewan yang memiliki daya 
berkembang biak rendah merupakan hewan-hewan yang terancam 
kelestariannya.
Selain hewan, tumbuhan juga dilindungi 
oleh negara karena  kelangkaan dan daya berkembang biaknya rendah.  
Misalnya tumbuhan yang dilindungi oleh negara adalah bunga bangkai 
(Refflesia Arnoldi), anggrek bulan Ambon, kemang, kepuh, kayu ulin 
Kalimantan,  kemenyan, dan gaharu dilindungi oleh negara.
 
 
 
.png)













































