WAROENG BELAJAR

Kamis, 27 Oktober 2011

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah kunci keberhasilan berinteraksi dalam kehidupan dunia kerja. Bila komunikasi berjalan efektif , maka arus informasi dalam dinamika kerja pun akan berjalan lancar sehingga dapat mempercepat proses penyelesaian suatu pekerjaan. Sebaliknya bila komunikasi terlambat , arus informasi pun tersendat dan akibatnya akan membuat suatu pekerjaan akan terlambat diselesaikan.
Dalam konteks dunia kerja , arus komunikasi antara atasan dan bawahan dan sesama rekan sekerja bahkan dengan pihak lain yang terkait dalam kegiatan suatu pekerjaan akan sangat berdampak pada kinerja semua unsur yang ada di lingkungan dunia kerja tersebut. Oleh karena itu siapapun yang memasuki dunia kerja harus menyadari dan memahami pentingnya efektivitas komunikasin dalam menjalin hubungan yang sehat dilingkungan tempatnya beraktifitas.
Semua organisasi yang berada di lingkungan kerja manapun pasti menginginkan hasil yang baik dan optimal. Dalam pencapaian kerja yang optimal akan ada suatu kerjasama antar bagian dan saling melengkapi untuk menyelesaikan tugas masing –masing bagian dan akhirnya menuju pada pencapaian organisasi. Untuk mencapai itu semua dibutuhkan kerja sama yang baik saling berkoordinasi dan berinteraksi dalam bentuk kerja tim (team work ) dalam sebuah organisasi.

B. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah bertujuan agar para pengelola organisasi baik itu organisasi pendidikan maupun organisasi yang lain dapat meningkatkan kualitas organisasi dan pengelolaan organisasi secara optimal. Para pelaku organisasi harus mengetahui masalah komunikasi dengan baik dan benar , sehingga dalam melaksanakan tugasnya para pelaku organisasi bisa berjalan dengan baik dan tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik pula. Makalah ini juga memberikan gambaran tentang bagaimna menyusun teamwork atau tim kerja yang baik dalam lingkungan kerja .



C. Rumusan Masalah

Makalah yang berjudul ” Peran Komunikasi Dalam Proses Pengambilan Keputusan Kelompok dan Menyusun Teamwork di lingkungan Kerja ” mengambil beberapa masalah untuk dibahas diantaranya :

1. Definisi dan fungsi komunikasi
2. Proses komunikasi
3. Jaringan kerja komunikasi
4. Hambatan komunikasi efektif
5. Mengelola komunikasi
6. Pembentukan tim yang efektif
7. Keunggulan teamwork
8. Perbedaan teamwork dan
9. Mengubah individu menjadi pemain tim
10. Pengelolaan tim


















BAB II
PEMBAHASAN

I. KOMUNIKASI
A. Definisi dan Fungsi Komunikasi.

Disini akan dibahas mengenai definisi dan fungsi dari komunikasi.
1. Definisi komunikasi
a. Menurut Hardjana ,2003
Secara etimologis komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu cum, sebuah kata depan yang artinya dengan,atau bersama dengan. Dan kata units sebuah kata bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda communio yang dalam bahasa inggris disebut communion, yang berartikebersamaan,persatuan persekutuan, gabungan,pergaulan atau hubungan.Karena untuk bercommunio diperlukan adanya usaha dan kerja maka kata ini dibuat kata kerja communicate yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu pada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, berteman. Jadi komunikasi berarti pemberitahuan, pembicaraan,percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.

b. Menurut Longman Dictionary Of Contemporary English
Memberikan definisi kata communicate sebagai upaya untuk membuat pendapat,mengatakan perasaan, menyampaikan informasi dan sebagainya agar diketaahui atau dipahami oleh orang lain ( to make opinions, feelings, information etc, know or understuud by others )

c. Menurut Dennis Murphy dalam bukunya Better Business Communication yang dikutip oleh Drs. Ig Wursanto (1994 ) dalam bukunya Etika Komunikasi Kantor.
Komunikasi adalah seluruh proses yang digunakan untuk mencapai pikiran-pikiran orang lain.




2. Fungsi Komunikasi
Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi pada komersial maupun sosial , komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut maka komunikasi mempunyai empat fungsi utama yaitu :kontrol, motivasi,ekspresi emosional , dan informasi.

a. Fungsi kontrol
Komunikasi dengan cara-cara tertentu bertindak untuk mengontrol perilaku anggota. Organisasi memiliki herarki otoritas dan garis panduan formal yang wajib ditaati oleh karyawan. Ketika karyawan , misalnya diwajibkan untuk pertama tama mengomunikasikan segala keluhan terkait pekerjaan kepada atasan langsung mereka, untuk mengikuti deskripsi kerja mereka, atau untuk mematuhi segala kebijakan perusahaan, komunikasi sedang menjalankan fungsi kontrolnya.Tetapi komunikasi informal juga mengontrol perilaku . ketika kelompok kerja menggoda atau mencela salah seorang anggotanya yang bekerja terlalu rajin ( dan membuat anggota lain tampak buruk ), mereka secara informal berkomunikasi dengan, dan mengontrol, perilaku anggota tersebut.

b. Fungsin motivasi
Komunikasi menjaga motivasi dengan cara menjelaskan kepada para karyawan mengenai apa yang harus dilakukan , seberapa baik pekerjaan mereka, dan apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kinerja sekiranya hasilnya kurang baik. Kita telah melihat hal ini dalam tinjauan kita atas teori-teori penetapan tujuan dan pelaksanaanya . penentuan tujuan yang spesifik, umpan balik atas kemajuan demi tujuan tersebut, dan penegasan atas perilaku yang diinginkan, merangsang motivasi dan membutuhkan komunikasi.

c. Fungsi ekspresi emosional
Bagi banyak karyawan , kelompok kerja mereka adalah sumber utama interaksi sosial. Komunikasi yang terjadi dalam kelompok merupakan sebuah mekanisme fundamental yang melaluinya para anggota menunjukkan rasa frustasi dan rasa puas mereka. Jadi, komunikasi menyediakan jalan keluar bagi ekspresi emosional dari perasaan- perasaan dan untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan sosial

d. Fungsi informasi
Fungsi terakhir komunikasi berhubungan dengan perannya dalam memfasilitasi pengambilan keputusan . Komunikasi memberikan informasi yang dibutuhkan individu dan kelompok untuk mengambil keputusan dengan cara menyampaikan data untuk mengidentifikasi dan mengevaluasin pilihan-pilihan alternatif yang ada.

B. Proses Komunikasi

1. Menurut Gordon ; 1996 dalam buku Komunikasi yang efektif , oleh Endang Lestari MM
Sebelum masuk dalam proses komunikasi dengan komunikan , di dalam pikiran komunikator terjadi semacam rangsangan atau stimulus. Rangsangan itu dapat terjadi karena faktor di luar dirinya ( menyampaikan pesan karena ada peristiwa di luar dirinya ), atau karena adanya faktor dari dalam dirinya ( menyampaikan pesan dari dirinya sendiri ) yaitu hasil olahan pikiranya sendiri yang ada di benaknya .
Komunikator, sebelum mengirimkan pesanya, akan terlebih dahulu mengemasnya dalam bentuk yang dianggap sesuai dan dapaty diterima serta dimengerti oleh komunikan. Pengemasan pesan ini disebut sebagai ENCODING. ENCODING secara harfiah berarti memasukkan dalam kode. Dengan encoding itu komunikator memasukkan atau mengungkapkan perasaanya ke dalam kode atau lambang dalam bentuk kata-kata atau non kata, misalnya raut wajah, atau gerak gerik tubuh.
Setelah pesan sampai pada komunikan, bila ada feedback, maka komunikan akan bertindak sebagai komunikator, yaitu memasukkan kode yang disebut sebagai decoding untuk disampaikan kembali kepada komunikator.

Proses komunikasi mempunyai dua model yaitu model linier dan model sirkuler :
a. Model linier
Model ini mempunyai ciri sebuah proses yang hanya terdiri dari dua garis lurus, dimana proses komunikasi berawal dari komunikator dan berakir pada komunikan. Biasanya digambarkan dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut :
1. Who (siapa ) ----------------------- Komunikator
2. Says what ( mengatakan apa )................................> isi pernyataan
3. In which channel ( dengan saluran mana).........................>Media
4. To whom ( kepada siapa )............................................> komunikan
5. With what effect( dengan efek seperti apa...............................>efek

b. Model sirkuler
Pada model sirkuler ditandai dengan adanya unsur feedback. Dengan demikian , proses komunikasi tidak berawal dari satu titik dan berakhir pada titik yang lain. Jadi, proses komunikasi sirkuler itu berbalik satu lingkaran penuh.
Komunikasi yang efektif mempunyai ciri-ciri yaitu dua arah ( two ways ) model seperti ini menunjukkan adanya arus dari satu orang atau kelom[pok kepada orang atau kelompok lainya, melalui umpan balik / feedback, kembali ke orang semula, membuat balikan atau putaran penutup. Balikan bermula pada saat seseorang atau pengirim( sender) mempunyai pesan yang akan dikomunikasikan . Pertama-tama, pengirim/sender menulis pesan, dan memberi arti dengan harapan pesannya dapat dimengerti pengirim selanjutnya mengirim pesan atau menyampaikanyya melalui saluran / channel,baik melalui saluran formal atau informal diantara dua pihak, dengan menggunakan yang namanya media atau perantara, misalnya face to face/ berbicara tatap muka, telepon, menulis memo, fax, internet.
Penerima, kemudian menerima pesan itu dan mencoba memahaminya , dengan cara menguraikan isi pesan yang telah diterima. Untuk itiu ia perlu mendengarkan dengan baik apabila pesan disampaikan secara oral, dan membacanya dengan benar apabila pesan disampaikan secara tertulis. Penerima memberitahu kepada pengirim pesan dengan memberikan umpan balik bahwa pesan telah diterima.
Pada model ini komunikasi sering mengalami gangguan, misalnya tulisan tidak jelas peralatan media terganggu sehingga menghambat lancarnnya proses komunikasi. Dalam proses komunikasi ada enam unsur yaitu : gagasan, simbol / ide , pengiriman, penerimaan, interprestasi pesan dan respon.

c. Menueut Stephen P. Robbins dalam buku Perilaku Organisasi
Proses komunikasi ada delapan bagian yaitu : 1. Pengirim, 2. Penyandian, 3. Pesan, 4.saluran 5. Penerjemahan sandi, 6. Penerima, 7. Gangguan, 8. Umpan balik. Pengirim mengirimkan sebuah pesan dengan cara menyandikan pemikirannya. Pesan tersebut adalah produk fisik aktual dari penyandian oleh pengirim. Ketika kita berbicara , pembicaraan tersebut adalah pesan. Ketika kita menulis tulisan tesebut adalah pesan. Ketika kita memberikan gerak isyarat, gerakan lengan kita dan ekspresi wajah adalah pesan. Saluran merupakan perantara yang dipakai pesan dalam menempuh perjalanan. Saluran tersebut dipilih oleh pengirim, yang menentukan apakah ia hendak menggunakan saluran yang formal atau informal. Saluran formal disediakan oleh organisasi dan berfungsi sebagai penyampai pesan-pesan yang behubungan dengan aktivita profesional dai para anggotanya. Secara tradisional saluran ini mengikuti rantai otoritas dalam organisasi. Berbagai bentuk pesan lain seperti pesan pribadi atau sosial menggunakan saluran informal dalam organisasi. Saluran informal tersebut bersifat spontan dan timbul sebagai tanggapan terhadap pilihan-pilihan individual. Penerima adalah objek yang menjadi sasaran dari pesan itu. Tetapi sebelum pesan tersebut dapat diterima,simbol di dalamnya harus diterjemahkan menjadi bentuk yang dapat dipahami oleh penerima. Langkah ini disebut penerjemahan sandi dalam pesan. Gangguan mewakili berbagai hambatan komunikasi yang mengacaukan kejelasan pesan. Contoh-contoh sumber gangguan meliputi masalah persepsi, muatan informasi yang berlebihan,kesulitan-kesulitan semantik, atau perbedaan kultural. Mata rantai terakhir dalam proses komunikasi adalah lingkungan umpan balik. Umpan balik adalah sarana pengecekan mengenai seberapa berhasil kita telah menyampaikan pesan kita seperti yang dimaksudkan pada awalnya. Hal ini menentukan apakah pemahaman telah tercapai.

C. Jaringan Kerja Komunikasi

Jaringan kerja komunikasi mempunyai komponen :
1. Anggota KLIK, KLIK adalah : kelompok individu yang paling sedikit . Terdiri dari individu- individu yang keadaan sekelilingnya memungkinkan kontak antar individu, saling menyukai dan merasa amat puas dengan kontak tersebut.
2. Penyendiri, adalah mereka yang hanya melakukan sedikit atau sama sekali tidak mengadakan kontak dengan anggota kelompok lainnya.
3. Jembatan, adalah anggota klik yang memiliki sejumlah kontak yang menonjol dalam kontak antar kelompok.
4. Penghubung, adalah orang yang mengaitkan atau menghubungkan dua klik atau lebih, tapi dia bukan anggota dari salah satu kelompok yang dihubungkan.
5. Penjaga gawang(gate keeper ), adalah orang yang secara strategis ditempatkan dalam jaringan agar dapat melakukan pengendalian atas pesan apa yang akan disebarkan melelui sistem tersebut.
6. Pemimpin pendapat (opinion leader ) , adalah orang tanpa jabatan formal dalam semua sistem sosial, yang membimbing pendapat dan mempengaruhi orang-orang dalam keputusan mereka.
7. Kosmopolit, adalah orang yang bebas dari gagasan, prasangka,dan kecintaan lokal. Orang ini melakukan kontak dengan dunia luar organisasi.
Menurut Gunawan Jiwanto , jaringan kerja kerja komunikasi adalah : “Suatu pola komunikasi yang tersusun berdasarkan hubungan kerja dan merupakan aspek struktural dari kelompok pekerja serta memperlihatkan ketergantungan bagian / orang yang satu dengan bagian/orang yang lainnya”
Empat jaringan kerja komunikasi yang umum dipakai adalah :
1. Jaringan kerja komunikasi rantai
Jaringan komunikasi ini cenderung bersifat birokratis yang mengikuti suatu pola komunikasi yang formal dan hirarki organisasi secara ketat.
2. Jaringan kerja komunikasi lingkaran
Jaringan ini berusaha memperpendek jumlah saluran yang harus dilewati pelaku komunikasi, yang berbentuk mata rantai yang saling bersambungan.
3. Jaringan kerja komunikasi roda
Dalam jaringan ini tingkatan hirarki organisasi dikurangi dengan membentuk satu bagian sebagai pusat komunikasi yang mengendalikan jaringan komunikasi lain.
4. Jaringan kerja komunikasi saluran total
Jaringan ini memungkinkan terjadinya komunikasi antar setiap anggota kelompok ( bagian ) dalam organisasi tanpa dibatasi oleh hirarki organisasi. Bentuk ini cenderung bersifat parsitipatif, yang melibatkan seluruh anggota organisasi.
Sedang menurut Stephen P Robbins jaringan kerja komunikasi ada 2 yaitu :
1. Jaringan kelompok formal dalam bentuk jaringan rantai,roda dan saluran.
Jaringan rantai mengikuti rantai komando formal. Jaringan ini mewakili saluran-saluran komunikasi yang dapat anda temui dalam suatu organisasi tiga tingkat yang kaku. Jaringan roda bergantung pada satu figur sentral yang bertindak selaku perantara komunikasi antara semua kelompok. Figur pemimpin sangat kuat. Jaringan seluruh saluran memungkinkan semua anggota kelompok untuk saling berkomunikasi secara aktif. Para anggota kelompok bebas untuk berkontribusi dan tidak ada orang yang memegang peran pemimpin.

2. Jaringan kelompok informal atau desas – desus ( grapevine ). Karakteristik desas-desus ada tiga yaitu :
a. Desas – desus tidak dikontrol oleh manajemen
b. Desas – desus lebih dapat dipercaya dan diandalkan daripada komunike formal yang dikeluarkan oleh manajemen puncak.
c. Desas - desus ebagian besar digunakan untuk memuaskan kepentingan pribadi orang di dalamnya.

D. Hambatan Komunikasi Efektif
Ada beberapa hamabatan yang berpotensi memperlambat atau menyampingkan komunikasi yang efektif. Dalam bagian, kita menyoroti beberapa hambatan penting :
1. Penyaringan,
Penyaringan merujuk pada upaya pengirim yang dengan sengaja memanipulasi informasi sehingga akan menjadi lebih nyaman bagi penerima. Sebagai contoh, ketika seorang menajer mengatakan kepada atasannya hal-hal yang menurutnya ingin didengar oleh atasannya, ia sedang melakukan penyaringan informasi.
2. Perspektif Selektif
Perspektif selektif muncul dikarenakan adanya si penerima, dalam proses komunikasi, secara selektif melihat dan mendengar berdasarkan kebutuhan, motivasi, pengalaman, latar belakang, dan karakteristik pribadi mereka yang lain.
3. Kelebihan Informasi
Setiap pribadi memiliki kapasitas yang terbatas untuk memproses data. Ketika informasi yang harus kita olah melebihi kapasitas pemrosesan, hasilnya adalah kelebihan informasi.
4. Emosi
Emosi ekstrem seperti rasa girang alang bukan kepalang atau depresi memiliki potensi yang sangat besar untuk menghambat komunikasi yang efektif. Dalam keadaan semacam itu, kita cenderung mengabaikan proses pemikiran rasional dan objektif kita serta menggantikannya dengan penilaian emosional.
5. Bahasa
Suatu perkataan, pernyataan, atau bahasa bisa memiliki arti yang berbeda untuk orang yang berbeda. Umur, pendidikan, dan latar belakang kultural adalah tiga variabel menonjol yang mempengaruhi bahasa yang digunakan seseorang dan definisi yang ia berikan pada kata-kata. Dengan demikian apabila anda dan saya berbicara dalam bahasa yang sama (pakai Bahasa Inggris atau Indonesia), penggunaan bahasa tersebut jauh dari seragam. Jika kita memahami bagaimana masing-masing dari kita memodifikasi bahasa, berbagai kesulitan komunikasi kiranya akan dapat diminimalkan.
E. Mengelola Komunikasi






















II. TEAMWORK
Keberadaan teamwork dan kelompok dewasa ini semakin dibutuhkan oleh hampir sebagian besar organisasi. Kelompok adalah dua orang atau lebih yang saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan teamwork adalah kelompok yang sudah matang yang terdiri dari orang-orang yang saling bergantung, memiliki motivasi dan komitmen untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu.
A . Pembentukan Tim Yang Efektif
Berbagai macam komponen utama yang membentuk tim yang efektif dapat digolongkan menjadi empat kategori umum. Pertama adalah berbagai sumber dan pengaruh kontekstual lain yang menjadikan tim tersebut efektif. Kategori kedua berhubungan dengan komposisi tim. Kategori ketiga adalah rancangan pekerjaan. Yang terakhir, variabel proses mencerminkan hal-hal yang terjadi dalam tim yang mempengaruhi efektifitas. Apa yang dimaksud dengan efektifitas tim ? biasanya, hal ini mencakup ukurn-ukuran objektif mengenai produktifitas tim, penilaian para menajer atas kinerja tim, dan semua ukuran kepuasan anggota.
Tim yang efektif memiliki rasa percaya diri dalam diri mereka. Mereka yakin bisa berhasil. Kita menyebut hal ini sebagai efektifitas tim. Tim yang berhasil saat ini memiliki keyakinan lebih bahwa esok mereka akan lebih berhasil, sehingga memotivasi mereka untuk berusaha lebih giat. Apa yang bisa dilakukan oleh manajer, untuk meningkatkan efektivitas tim. Dua pilihan yang mungkin adalah membantu tim untuk mencapai keberhasilan-keberhasilan kecil dan memberikan pelatihan ketrampilan. Keberhasilan-keberhasilan kecil membangun kepercayaan diri tim. Ketika mengembangkan catatan kinerja yang semakin baik, suatu tim juga meningkatkan keyakinan bersama bahwa usaha-usaha di masa depan akan menghasilkan keberhasilan.
Selain itu, manajer harus mempertimbangkan penyediaan pelatihan untuk meningkatkan berbagai ketrampilan teknis dan antar personal para anggota. Semakin banyak hal yang dapat dilakukan oleh para anggota tim, semakin besar kecendrungan tim tersebut untuk mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan menunjukkan rasa percaya diri tersebut.



B . Keunggulan Teamwork
Beberapa dekade yang lalu, beberapa perusahaan memperkenalkan teamwork kedalam proses produksi mereka, hal itu menjadi berita karena tak seorangpun mau melakukannya. Yang terjadi saat ini adalah sebaliknya. Organisasi yang tidak menggunakan teamwork adalah organisasi yang patut dijadikan berita.
Bagaimanakah kita menjelaskan keunggulan teamwork pada saat ini? Bukti menunjukkan bahwa teamwork biasanya bekerja lebih baik daripada individu ketika tugas-tugas yang dilakukan membutuhkan banyak ketrampilan-ketrampilan, pendapat dan pengalaman. Ketika menyusun ulang dirinya sendiri untuk bersaing secara lebih efektif dan efisien, organisasi berubah menjadi beberapa temwork sebagai sebuah cara yang lebih baik untuk menggunakan bakat-bakat karyawan. Menajemen telah menemukan bahwa teamwork lebih fleksibel dan responsif terhadap berbagai peristiwa yang selalu berubah daripada departemen-departemen tradisional atau bentuk - bentuk pengelompokan permanen lainnya. Teamwork memiliki kecakapan untuk berkumpul, menyebarkan, berkumpul kembali, dan membubarkan diri dengan cepat.
Tetapi jangan mengabaikan berbagai sifat memotivasi dari teamwork. Teamwork memudahkan partisipasi karyawan dalam membuat berbagai keputusan. Sebagai contoh, beberapa pekerja lini perakitan dari beberapa perusahaan merupakan bagian dari teamwork penjualan yang membantu para pelanggan.
Para pekerja ini mengenal produk – produk tersebut lebih baik daripada penjual tradisional manapun;dan dengan berkeliling serta berbicara dengan para petani, para pekerja yang dibayar perjam ini mengembangkan berbagai keterampilan baru dan menjadi lebih terlibat dalam pekerjaan – pekerjaan mereka. Jadi, penjelasan lain untuk keunggulan teamwork adalah teamwork merupakan sebuah cara yang efektif bagi manajemen untuk mendemokratisasi organisasi mereka dan meningkatkan motivasi karyawan.

C . Perbedaan Teamwork dan Kelompok
Teamwork dan kelompok bukanlah hal yang sama. Dalam bagian ini kita akan membahas mengenai perbedaan antara kelompok dan teamwork. Pada pembahasan sebelumnya telah didefinisikan bahwa kelompok adalah sebagai dua individu atau lebih, yang berinteraksi dan saling bergantung, yang berkumpul untuk mencapai berbagai tujuan. Kelompok kerja adalah kelompok yang berinteraksi terutama untuk berbagai informasi dan membuat berbagai keputusan untuk membantu setiap anggota bekerja di dalam area tanggung jawabnya.
Kelompok kerja tidak mempunyai kebutuhan atau kesempatan untuk terlibat dalam kerja kolektif yang membutuhkan usaha bersama. Jadi kinerja mereka hanya merupakan gabungan akhir dari konstribusi individual setiap anggota kelompok. Tidak sinergi positif yang bisa menciptakan seluruh tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada jumlah masukan.
Sedangkan teamwork menghasilkan sinergi positif malalui usaha yang terkoordinasi. Usaha-usaha individual mereka menghasilkan satu tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada jumlah masukan individual. Gambaran dibawah ini menekankan perbedaan antara kelompok kerja dan teamwork.

Kelompok Kerja Teamwork









Definisi-definisi ini akan membantu menjelaskan mengapa ada begitu banyak organisasi yang akhir-akhir ini menyususn ulang proses kerja seputar teamwork. Manajemen mencari sinergi positif yang memungkinkan organisasi mereka untuk meningkatkan kinerja. Penggunaan teamwork secaran ekstensif menghasilkan potensi bagi sebuah organisasi untuk membuahkan banyak hasil yang lebih besar tanpa peningkatan masukan. Namun, perhatikan apa yang kita sebut potensi. Tidak ada yang dengan sendirinya membuat berbagai teamwork yang memastikan pencapaian sinergi positif. Hanya semata-mata menyebut sebuah kelompok sebagai teamwork tidak otomatis meningkatkan kinerjanya.

D . Mengubah Individu Menjadi Pemain Tim
Sampai pada poin ini, kita telah membuat alasan yang kuat untuk menilai popularitas tim yang semakin meningkat. Tetapi, terdapat banyak individu yang pada dasarnya bukanlah pemain-pemain tim. Juga, terdapat banyak organisasi yang menurut sejarah mendorong prestasi individual. Organisasi-organisasi tersebut telah menciptakan lingkungan kerja yang kompetitif dimana hanya orang-orang yang kuat yang dapat bertahan. Berikut adalah berbagai pilihan utama yang dimiliki para manajer yang berusaha mengubah individu menjadi pemain :

1. Seleksi, pada dasarnya semua orang sudah memiliki ketrampilan antarpersonal agar bisa menjadi pemain tim yang efektif. Selain ketrampilan teknis yang dibutuhkan kita juga harus memastikan bahwa calon karyawan bisa memenuhi peran tim mereka. Ketika kita menghadapi calon karyawan yang tidak memiliki ketrampilan tim, para menajer memiliki tiga pilihan. Para calon karyawan menjalani pelatihan untuk membuat mereka menjadi pemain tim. Bila hal ini tidak berhasil maka pilihan lain adalah memindahkan individu tersebut ke unit lain didalam organisasi tersebut. Atau bahkan mungkin tidak mempekerjakan calon karyawan tersebut.
2. Pelatihan, para ahli pelatihan mengadakan berbagai pelatihan yang memungkinkan karyawan memperoleh kepuasan yang didapat dari kerjasama tim. Mereka biasanya memberikan lokakarya (workshop)untuk membantu karyawan meningkatkan ketrampilan menyelesaikan masalah, kmunikasi, noegosiasi, manajemen konflik, para pelatih juga terfokus kepada bagaimana suatu tim melewati berbagai tingkat sebelum akhirnya berfungsi dengan baik. Para karyawan juga diingatkan akan pentingnya rasa sabar, karena tim membutuhkan waktu lebih lama untuk membuat keputusan-keputusan bila dibandingkan para karyawan yang bertindak sendirian. Konsultan-konsultan luar juga bisa dibawa untuk memberi para pekerja berbagai ketrampilan praktis untuk bekerja dalam tim.
3. Penghargaan, promosi kenaikan gaji dan berbagai bentuk penghargaan lainnya harus diberikan kepada para individu demi keefektifan mereka sebagai anggota tim kolaboratif. Ini tidak berarti konstribusi-konstribusi individual dabaikan; bahkan hal ini diimbangi dengan berbagai konstribusi yang tidak mementingkan diri sendiri untuk tim tersebut. Contoh prilaku yang seharusnya mendapatkan penghargaan mencakup pelatihan para kolega baru, berbagai informasi dengan rekan-rekan tim, membantu menyelesaikan berbagai konflik tim, dan menguasai banyak keterampilan baru yang penting tetapi kurang dikuasai oleh tim tersebut.

E . Pengelolaan Tim
Tidak peduli apakah Anda seorang bos, karyawan ataupun professional; bila Anda tahu bagaimana cara mengelola team work (kerja sama tim), Anda pasti akan mampu mendapatkan hasil yang luar biasa. Agar dapat membangun sebuah tim yang bagus dan baik, diperlukan lebih dari sekedar mengumpulkan orang-orang yang tepat. Sebab, ujian utama dari leadership sebenarnya adalah menciptakan lingkungan di mana setiap individu mau bekerja secara kooperatif dan kolaboratif.

1. Fokus
Jelaskan rencana jangka panjang organisasi dan lakukan follow-up dengan teratur. Orang-orang sering kali terlalu fokus pada masalah hari ini dan pekerjaan rutinnya sehingga kehilangan gambaran dari tujuan utama secara keseluruhan. Jadi, sewaktu anggota lainnya sedang berkonsentrasi menyelesaikan masalah, anggota lain dapat mendedikasikan lebih banyak waktunya untuk me-review proses dan mengeliminasi masalah-masalah yang mungkin muncul di masa depan.

2. Definisikan Peran
Garis bawahi dengan jelas tanggung jawab dan peran setiap individu dalam suatu tim. Hal ini sangat penting untuk menjamin kesuksesan tim. Pemahaman tim terhadap tugas dan tanggung jawab masing-masing akan sangat membantu dalam pelaksanaan kerja sama tim secara kolaboratif. Dukunglah tim Anda untuk mendefinisikan fungsi mereka. Para anggota tim akan mampu mengambil lebih banyak tanggung jawab apabila mereka berada dalam posisi yang cocok, dan salah satu dari mereka mungkin akan dapat mengeluarkan bakat baru yang tidak disadari sebelumnya.





3. Tetapkan Tujuan
Anggota tim perlu memperhatikan tujuan individu maupun tujuan tim. Dukunglah mereka untuk menentukan tujuan jangka pendek yang dapat diraih dan dapat diukur, serta tujuan jangka panjang. Dengan tujuan yang jelas dan kode etik atau aturan tertentu, tim akan mulai bisa mengatur dirinya sendiri untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Pantauan dari senior sangat dibutuhkan untuk menghilangkan sifat-sifat negatif seperti kemalasan, keterlambatan, serta suka menunda-nunda pekerjaan. Komunikasikan selalu setiap tujuan dengan jelas, dan pastikan setiap anggota tim benar-benar memahaminya.

4. Bagikan Informasi
Informasi yang disembunyikan akan dianggap sebagai gossip atau rumor. Produktivitas dan moral tim akan menurun bila mereka menemukan banyak informasi yang tidak jelas berkeliaran, terutama di masa-masa sulit atau peralihan. Bagikan dan sebarkanlah semua informasi yang memang perlu dikomunikasikan ke semua anggota tim, dan jangan lupa untuk terus meng-update informasi tersebut sesering mungkin.

5. Kepercayaan
Jadilah orang yang dapat dipercaya dan diandalkan. Hargailah kata-kata Anda sendiri. Bila Anda seorang pemimpin dan Anda sudah berjanji untuk memberikan sesuatu kepada anak buah, maka pastikan Anda menepati janji tersebut. Bila Anda salah satu anggota tim dan pernah berjanji untuk melakukan sesuatu kepada tim atau pemimpin Anda, maka pastikan juga Anda menepati janji tersebut. Perlakukan setiap anggota tim dengan perlakuan yang sama. Jangan ada "amak emas" dan "orang istimewa".

6. Dengarkan
Bersikaplah terbuka terhadap ide-ide dari anggota tim lain. Berikan mereka kesempatan untuk menyampaikan pendapat dalam rapat atau saat brainstorming. Pertimbagkan setiap saran mereka. Kita tidak akan pernah benar-benar tahu saran dan pendapat mana yang terbaik sampai kita sendiri membuktikannya. Banyak organisasi menghabiskan dana besar untuk menyewa konsultan dari luar, tanpa terlebih dahulu menanyakan pendapat pegawai dan anak buahnya sendiri. Padahal, sering kali merekalah yang paling tahu problem apa yang terjadi di dalam. Berikan pujian kepada anggota tim kita dan jadilah seorang pemimpin dan pendengar yang baik.

7. Bersabar
Bila tim Anda terlihat bermasalah dan tidak menunjukkan hasil apa pun, bersabarlah. Beri waktu dan amati perkembangannya. Sering kali mereka bisa mengatasi masalahnya sendiri, dan Anda perlu mengawasi dan mengamati saja. Bila hal ini tidak terjadi, maka beraksilah. Pecat dan hire orang lain bila memang diperlukan. Tidak ada gunanya menyimpan "benalu" di dalam tim.

8. Dukungan
Setiap anggota tim harus ditantang untuk berkontribusi dalam segala hal. Dorong mereka untuk ikut training bila memang diperlukan dan beri kesempatan untuk keluar dan melakukan sendiri tugas-tugasnya. Mereka perlu merasa nyaman dalam melakukan tugas supaya dapat menemukan potensi unik dalam diri mereka sendiri. Ubahlah tanggung jawab setiap anggota tim bila memang dianggap perlu. Ketahuilah kekuatan dan kelemahan dari setiap anggota tim dan berikan dukungan positif terhadap kedua hal itu.

9. Tunjukkan Antusiasme
Antusiasme mudah menular. Selalulah bersikap positif dan penuh harap. Bila mereka melihat Anda mengharapkan sesuatu dari mereka, maka ada peluang mereka akan memberikan yang terbaik dan berusaha tidak mengecewakan Anda. Fokuslah juga pada hal-hal yang dikerjakan dengan benar, dan tidak selalu melihat kesalahan orang lain saja.

10. Have Fun
Bangun semangat yang ada di dalam tim agar bisa selalu memberikan energi yang tinggi dan spirit persatuan. Sediakan waktu untuk tertawa bersama dan ciptakan suasana yang sesantai mungkin. Tidak ada tujuan yang dapat dicapai dengan mudah bila suasananya selalu tegang.




11. Delegasi
Jelaskan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana caranya (bila diperlukan), lalu biarkan. Lebih baik lagi jika Anda dapat menjelaskan masalah yang ada dan seperti apa hasil yang Anda inginkan. Lalu, biarkan tim Anda mengembangkan cara mereka sendiri untuk menyelesaikan tugas tersebut sesuai waktu yang telah ditetapkan. Bila jadwa; review hari selasa depan, maka janngan menanyakan hasilnya hari ini. Berilah kepercayaan kepada tim Anda untuk memenuhi deadline masing-masing.

12. Berikan Penghargaan
Rayakan keberhasilan bersama-sama dan berikan penghargaan kepada anggota tim tapi tidak secara individual. Dalam setiap tim akan mempunyai individu yang menonjol pada bidang tertentu. Kenalilah hal ini dengan cepat melalui performance review process dan gunakan untuk mendukung kerja sama tim. Hindari semua tindakan yang bisa menimbulkan kecemburuan di antara anggota. Selalu bicara positif tentang anggota tim Anda secara keseluruhan. Promosikan talenta, usaha, dedikasi dan kesuksesan mereka.
Terakhir, yang penting adalah terus-menerus memberi inspirasi kepada semua anggota tim. Bila Anda berbicara tentang hal apa pun yang berhubungan dengan tim, gunakanlah kata "kita" dan bukan kata "saya". Selamat bekerja sama dan sukses untuk Anda semua.

Daftar Pustaka
Stephan P. Robins, dan Timothy A. Judge Perilaku Organisasi (Organizational Bahavior)
Drs. Danang Sunyoto, SE., SH., MM. Dan Burhanudin, SE., M. Si.
http://www.
READ MORE -

Rabu, 26 Oktober 2011

Tips & Trik Cara Belajar Yang Baik

Belajar merupakan hal yang wajib dilakukan oleh para pelajar dan mahasiswa. Belajar pada umumnya dilakukan di sekolah ketika jam pelajaran berlangsung dibimbing oleh Bapak atau Ibu Guru. Belajar yang baik juga dilakukan di rumah baik dengan maupun tanpa pr / pekerjaan rumah. Belajar yang dilakukan secara terburu-buru akibat dikejar-kejar waktu memiliki dampak yang tidak baik.


Berikut ini adalah tips dan triks yang dapat menjadi masukan berharga dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi ulangan atau ujian :

1. Belajar Kelompok
Belajar kelompok dapat menjadi kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan karena ditemani oleh teman dan berada di rumah sendiri sehingga dapat lebih santai. Namun sebaiknya tetap didampingi oleh orang dewasa seperti kakak, paman, bibi atau orang tua agar belajar tidak berubah menjadi bermain. Belajar kelompok ada baiknya mengajak teman yang pandai dan rajin belajar agar yang tidak pandai jadi ketularan pintar. Dalam belajar kelompok kegiatannya adalah membahas pelajaran yang belum dipahami oleh semua atau sebagian kelompok belajar baik yang sudah dijelaskan guru maupun belum dijelaskan guru.

2. Rajin Membuat Catatan Intisari Pelajaran
Bagian-bagian penting dari pelajaran sebaiknya dibuat catatan di kertas atau buku kecil yang dapat dibawa kemana-mana sehingga dapat dibaca di mana pun kita berada. Namun catatan tersebut jangan dijadikan media mencontek karena dapat merugikan kita sendiri.

3. Membuat Perencanaan Yang Baik
Untuk mencapai suatu tujuan biasanya diiringi oleh rencana yang baik. Oleh karena itu ada baiknya kita membuat rencana belajar dan rencana pencapaian nilai untuk mengetahui apakah kegiatan belajar yang kita lakukan telah maksimal atau perlu ditingkatkan. Sesuaikan target pencapaian dengan kemampuan yang kita miliki. Jangan menargetkan yang yang nomor satu jika saat ini kita masih di luar 10 besar di kelas. Buat rencana belajar yang diprioritaskan pada mata pelajaran yang lemah. Buatlah jadwal belajar yang baik.

4. Disiplin Dalam Belajar
Apabila kita telah membuat jadwal belajar maka harus dijalankan dengan baik. Contohnya seperti belajar tepat waktu dan serius tidak sambil main-main dengan konsentrasi penuh. Jika waktu makan, mandi, ibadah, dan sebagainya telah tiba maka jangan ditunda-tunda lagi. Lanjutkan belajar setelah melakukan kegiatan tersebut jika waktu belajar belum usai. Bermain dengan teman atau game dapat merusak konsentrasi belajar. Sebaiknya kegiatan bermain juga dijadwalkan dengan waktu yang cukup panjang namun tidak melelahkan jika dilakukan sebelum waktu belajar. Jika bermain video game sebaiknya pilih game yang mendidik dan tidak menimbulkan rasa penasaran yang tinggi ataupun rasa kekesalan yang tinggi jika kalah.

5. Menjadi Aktif Bertanya dan Ditanya
Jika ada hal yang belum jelas, maka tanyakan kepada guru, teman atau orang tua. Jika kita bertanya biasanya kita akan ingat jawabannya. Jika bertanya, bertanyalah secukupnya dan jangan bersifat menguji orang yang kita tanya. Tawarkanlah pada teman untuk bertanya kepada kita hal-hal yang belum dia pahami. Semakin banyak ditanya maka kita dapat semakin ingat dengan jawaban dan apabila kita juga tidak tahu jawaban yang benar, maka kita dapat membahasnya bersama-sama dengan teman. Selain itu

6. Belajar Dengan Serius dan Tekun
Ketika belajar di kelas dengarkan dan catat apa yang guru jelaskan. Catat yang penting karena bisa saja hal tersebut tidak ada di buku dan nanti akan keluar saat ulangan atau ujian. Ketika waktu luang baca kembali catatan yang telah dibuat tadi dan hapalkan sambil dimengerti. Jika kita sudah merasa mantap dengan suatu pelajaran maka ujilah diri sendiri dengan soal-soal. Setelah soal dikerjakan periksa jawaban dengan kunci jawaban. Pelajari kembali soal-soal yang salah dijawab.

7. Hindari Belajar Berlebihan
Jika waktu ujian atau ulangan sudah dekat biasanya kita akan panik jika belum siap. Jalan pintas yang sering dilakukan oleh pelajar yang belum siap adalah dengan belajar hingga larut malam / begadang atau membuat contekan. Sebaiknya ketika akan ujian tetap tidur tepat waktu karena jika bergadang semalaman akan membawa dampak yang buruk bagi kesehatan, terutama bagi anak-anak.

8. Jujur Dalam Mengerjakan Ulangan Dan Ujian
Hindari mencontek ketika sedang mengerjakan soal ulangan atau ujian. Mencontek dapat membuat sifat kita curang dan pembohong. Kebohongan bagaimanapun juga tidak dapat ditutup-tutupi terus-menerus dan cenderung untuk melakukan kebohongan selanjutnya untuk menutupi kebohongan selanjutnya. Anggaplah dengan nyontek pasti akan ketahuan guru dan memiliki masa depan sebagai penjahat apabila kita melakukan kecurangan.
READ MORE - Tips & Trik Cara Belajar Yang Baik

JILBAB


Saudariku,
Mari duduk di sini sebentar dan kita merenung sesaat.
Pandangilah diri ini dari ujung jilbab hingga ujung kaki
Dan akan kau temukan betapa nikmat Allah telah begitu banyak mengalir lewat tiap darah yang mengalir di pembuluh.
Betapa hidayah Allah telah Nampak lewat sketsa penampakanmu

Lalu lihatlah di sekeliling kita
Saudari-saudari kita yang lain dengan penampakan yang sama
Dengan penampilan yang serupa
Yang bersamanya, kita selama ini melangkah
Secara kasat mata, mungkin kalian Nampak sama
Namun begitu pulakah dengan apa yang tersimpan di hat-hati kita?

Saudariku,
Lihatlah saudari kita yang lain dengan segala semangat mereka
Mereka begitu loba dengan amalan-amalan akhiratnya
Mereka senantiasa berada dalam keheningan
Ambruk sujud-sujud mereka di sepertiga malam
Basah pipi-pipi mereka karena tangis agar dihindarkan dari azabNya
Tak henti bibir mereka dari dzikir
Tak henti jiwa mereka dengan lantunan ayat-ayat Allah
Tak lelah langkah mereka di jalan dakwah

Lalu lihatlah diri kita,
Adalah kita orang yang dicari oleh amal baik
Saat sang amal menyapa, kita bahkan masih sempat terus berkelit
“Afwan..., saya sudah ada agenda lain...”
“Afwan, ukhti yang itu kayaknya lebih cocok, saya tidak bisa...”
Dan ‘afwan-afwan’ lainnya yang seolah menjadi legitimasi atas ketidakberdayaan kita
Ketidakberdayaan untuk sekedar menundukkan hawa nafsu dan segala kemalasan

Saudariku,
Tak kah kau bayangkan saat hari perhitungan kelak
Saat dibacakan amal-amal kita
Lalu kita hanya dapat memandang iri saudari-saudari kita dengan segala perbekalan mereka
Lalu kita dapati diri ini dengan bekal yang pas-pasan
Shalat yang ala kadarnya
Puasa yang karang
Amanah dakwah yang kadang-kadang
Dan berbagai keterbatasan lainnya

Saudariku,
Mari duduk sejenak dan kita merenung sesaat
Apakah jilbab lebar yang kita kenakan
Penampilan kita yang hampir serupa dengan mereka
Telah cukup menjadi pegangan untuk kita merasa aman?

Lalu dengan apa kau ingin masuk syurga?
READ MORE - JILBAB

Agar Siswa Mudah Mengingat?

“Kita dapat menceritakan sesuatu kepada siswa dengan cepat dan siswa akan melupakan apa yang kita ceritakan itu dengan lebih cepat”

Sebagai guru tentunya kita sering menemukan kasus dimana siswa sering melupakan materi yang telah diajarkan atau dibahas di depan kelas. Hal ini menjadi sebuah tantangan besar bagi guru karena hal tersebut berhubungan dengan metode dan cara seorang guru dalam menyampaikan sebuah materi pelajaran. Namun hal ini sering kurang dipahami guru sehingga sering pula guru menekankan kesalahan itu kepada siswa dengan tuduhan kurang memperhatikan, tidak konsentrasi atau tidak serius menyimak pelajaran.

Hal ini tentunya tidak selamanya benar, karena menurut sebuah penelitian yang diungkap dalam buku Active Learning yang disusun oleh Melvin L.Silberman, bahwa pada umumnya guru yang menggunakan metode ceramah berbicara dengan kecepatan 100 hingga 200 kata permenit. Jika siswa benar-benar berkonsentrasi menyimak perkataan guru maka mereka akan mengingat sekitar 50 sampai 100 kata permenit. Bayangkan bila guru terus berbicara selama 45 menit atau lebih? Sementara siswa dapat menyimak materi hanya 70% dari sepuluh menit pertama dan 20% di sepuluh menit terakhir. Jadi siapa yang salah kalau siswa tidak bisa mengingat materi dari gurunya?

Untuk mengatasi hal tersebut maka guru dituntut untuk mampu merancang sebuah metode pengajaran yang efektif dan efisien. Artinya bagaimana guru bisa meminimalisir dominasi guru di kelas (terutama dalam hal berbicara) dan siswa dapat lebih banyak mengingat dan memahami materi yang diterima dalam satu waktu pelajaran.

Karena peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka idealnya guru harus mampu menggabungkan berbagai gaya belajar siswa, mulai dari yang dominan belajar dengan gaya audio, visual maupun kinestetik. Namun pada kenyataannya guru dihadapkan pada kendala teknis yang membuat gabungan gaya belajar tersebut menjadi sulit diterapkan di kelas. Oleh karena itu guru kembali dituntut untuk mampu menghadirkan suasana belajar yang menyenangkan dan bisa menarik sebanyak mungkin perhatian dan minat siswa.
Berikut ada beberapa metode yang ditawarkan oleh banyak pakar dalam menyiasati kendala diatas, diantaranya adalah dengan :

Siswa diminta untuk mengemukakan kembali informasi dengan kalimat mereka sendiri
Guru mampu memberikan contoh yang dekat dengan kehidupan dan pengalaman mereka sehari-hari
Menerangkan dalam berbagai bentuk informasi (lisan, model, gambar, suara) dan situasi
Mengaitkan suatu materi dengan fakta atau gagasan lain yang tengah berkembang dilingkungan siswa
Menjelaskan dengan berbagai cara (berdiri, bergerak, intonasi dan mimik) atau melalui ceramah, latihan dan diskusi
Membuat lawan atau kebalikan ( sesuatu yang ganjil lebih mudah diingat) dari materi yang diterangkan

Tentunya metode tersebut harus ditunjang dengan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan. Dimana guru mampu menghadirkan suasana yang nyaman sehingga siswa mampu mengaktualisasikan dirinya tanpa hambatan dari rasa ketakutan dan kekhawatiran untuk melakukan kesalahan. Dalam merancang suasana yang aktif dan menyenangkan tersebut tentunya ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru, diantaranya :

Tidak semua belajar aktif berarti bersenang-senang dan bermain-main. Guru harus mampu menerangkan tujuan pokok atau indikator yang harus dipahami siswa dalam sebuah prose pembelajaran
Tetap menjaga konsentrasi siswa pada tema atau materi yang sedang dipelajari. Hal ini penting karena dalam membangun suasana belajar yang aktif dan menyenangkan, pertanyaan dan pembahasan siswa cenderung melebar dan mendalam.
Lebih rinci dalam mengatur waktu. Kegiatan yang berpusat pada siswa melahirkan sebuah konsekuensi waktu pembalajaran yang lebih lama sehingga siswa dapat maksimal mengeksplorasi pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan belajar tersebut
Tidak terjebak pada metode baku yang monoton atau menjemukan. Belajar aktif akan sangat tergantung pada kemampuan guru dalam mengakomodasi masukan dan usulan dari siswa tentang cara belajar. Misalnya siswa akanmengusulkan belajar pasar langsung di kantin sekolah atau langsung pergi ke pasar dekat sekolah.
Merangsang siswa untuk mau berkompetensi secara individual maupun kelompok dengan standar yang telah disepakati bersama
Guru berada pada posisi untuk memberikan makna dari setiap materi yang ditemukan siswa. Kurang pengalaman dan pengetahuan siswa secara utuh akan menghasilkan sebuah kesimpulan yang bias atau menyimpang dan guru wajib membenahi tanpa berarti menyalahkan.
Mempersiapkan metode dan perlengkapan dengan matang, karena kurangnya persiapan justru akan memakan waktu lebih banyak khususnya bila metode tersebut pertama kali dilaksanakan.
Lakukan evaluasi timbal balik dengan menggunakan tanya jawab atau kuisioner dari metode yang telah dilaksanakan sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang masih terjadi dalam metode tersebut.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita sebagai guru dalam mendampingi siswa belajar dan lebih lama mengingat dan memaknai materi.
READ MORE - Agar Siswa Mudah Mengingat?
READ MORE -

Selasa, 25 Oktober 2011

Bagaimana Mengajar Anak Cerdas Istimewa?

Dalam kegiatan mengajar, keberadaan siswa cerdas istimewa sering terabaikan. Hal ini disebabkan ketidakpahaman guru maupun sekolah dalam mengidentifikasi, memahami dan mengetahui berbagai hal tentang keberadaan siswa cerdas istimewa.

CERDAS ISTIMEWA?
Menurut Renzuli, anak cerdas istimewa adalah anak yang memiliki tiga komponen diatas rata-rata teman sebaya, yaitu Intellegence Quotient lebih dan sama dengan 130,Task Comitment dan Creativity Quotient diatas rata – rata (3). Dengan alat ukur ini maka siswa berhak mendapatkan pelayanan pendidikan khusus yang bersifat individual untuk lebih memaksimalkan kemampuan mereka. Masalahnya muncul karena masih banyak guru yang belum mengenal karakteristik anak cerdas istimewa dan bentuk pelayanan yang tepat untuk memaksimalkan potensi terpendam mereka. (amanat Undang-undang No.2 Th 1989 tentang Sisdiknas pasal 24 ayat 6 dan Undang-undang Sisdiknas No.20 Th 2003 pasal 5 ayat 4).

Guru dapat melakukan pengamatan dini dengan memperhatikan beberapa karakteristik seperti diatas. Beberapa karakteristik lainnya diantaranya adalah seperti yang diungkap Prof. Dr. S.C. Utami Munandar yaitu mudah menangkap pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam (berpikir logis-kritis, memahami hubungan sebab-akibat), daya konsentrasi baik (perhatian tak mudah teralihkan), menguasai banyak bahan tentang macam-macam topik, senang dan sering membaca, ungkapan diri lancar dan jelas, pengamat yang cermat. Namun selain karakteristik positif diatas, anak cerdas istimewa juga memiliki karakter negatif diantaranya tidak sabaran, tidak suka campur tangan orang lain, tidak suka hal yang rutin, sensitif dan menyukai berpikir kompleks.

BAGAIMANA MEMPERLAKUKAN MEREKA?
Karena mendapatkan pelayanan khusus merupakan hak mereka, maka semua sekolah wajib melakukan perbaikan dan pembenahan dalam menangani anak cerdas istimewa. Memang ada beberapa sekolah yang melaksanakan program akselerasi sebagai salah satu bentuk layanan pendidikan bagi anak cerdas istimewa, namun keberadaan mereka yang mungkin ada di setiap populasi (hasil penelitian menyebutkan 2 – 5 % dari jumlah populasi potensial cerdas istimewa) masih belum dapat merasakan pelayanan yang tepat, maka semua sekolah wajib memberikan layanan kepada mereka dengan maksimal.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan pendampingan pendidikan kepada anak cerdas istimewa diantaranya adalah :

Pertama, kurikulum yang dipakai adalah kurikulum nasional dan lokal yang telah dimodifikasi dengan memasukan unsur pengayaan, pendalaman dan pemilihan materi essensi sehingga kurikulum dapat bersifat fleksibel dan mampu merangsang daya kreatif siswa. Kurikulum ini disebut dengan kurikulum berdiferensiasi. Guru dituntut untuk dapat melakukan rekayasan kurikulum secara cerdas sehingga memungkinkan guru dan siswa melakukan improvisasi dalam kegiatan belajar.

Kedua, metode pembelajaran. Karena karakteristik anak cerdas istimewa salah satunya adalah cepat bosan dan senang melakukan proyek sendiri, maka guru dituntut untuk kreatif dan cepat tanggap terhadap tingkat kebutuhan siswa. Siswa cerdas istimewa cenderung mudah bosan dengan materi yang bersifat hapalan dan banyak menulis. Memberikan tugas atau proyek dengan skala besar dan membutuhkan perhatian yang ekstra dan menantang sangat digemari mereka. Misalnya menugaskan siswa untuk mempersiapkan materi tertentu untuk kemudian mereka presentasikan di depan teman-temannya.

Ketiga, evaluasi. Evaluasi siswa cerdas istimewa harus dibedakan dengan siswa lainnya. Untuk mereka guru tidak bisa hanya menggunakan satu jenis tes seperti “pen and paper test”. Guru bisa menguji mereka dari kemampuan presentasi, cerita, pentas drama, proyek, lisan, quiz atau membaca buku dengan bobot nilai diperlakukan dengan ulangan harian. Untuk memberi score pun lebih baik tidak terpaku pada angka 100, namun guru dapat memberikan nilai 120 atau 130 apabiila siswa mampu memberi jawaban lebih dari yang diharapkan. Hal ini akan meningkatkan motivasi mereka untuk meraih nilai optimal.

PENUTUP
Akhirnya, bagaimanapun sekolah dan guru harus mampu memberikan layanan pada siswa cerdas istimewa karena itu adalah hak bagi mereka. Juga keberadaan mereka yang selama ini termarginalkan dapat lebih eksis dan mampu menjadikan diri mereka sebagai asset bangsa di masa depan.

Pelayanan kepada siswa cerdas istimewa ini pun sejalan dengan program pendidikan inklusi yang memberikan perlakukan sama kepada semua siswa dengan berbagai ciri dan karakter yang berbeda di semua sekolah.
READ MORE - Bagaimana Mengajar Anak Cerdas Istimewa?

Profesionalisme Guru, Siapa yang Punya?


Kalau kita berbicara tentang profesionalisme guru, ada dua hal menarik yang ingin penulis paparkan disini sebagai wacana yang semoga dapat menambah wawasan dan masukan bagi semua unsur yang terlibat dalam pendidikan formal dan semoga dapat menjadi bahan evaluasi bagi guru sendiri.

Pertama adalah adanya perbedaan penekanan dan tuntutan ketika berbicara profesioanlisme antara profesi guru dengan profesi lainnya. Profesi selain guru, seperti pengacara dan dokter ketika berbicara masalah profesionalisme, maka yang membicarakan masalah itu adalah kalangan mereka sendiri sebagai pelaku. Karena kalangan mereka sendiri yang berbicara, maka segala hal yang mereka ungkapkan, baik itu tugas, wewenang maupun etika profesi sangat lugas dan menyentuh kepentingan mereka secara praktis dilapangan. Dengan kemampuan dan daya tawar mereka yang tinggi di masyarakat maka ketika berbicara profesionalisme, yang muncul adalah nuansa hak. Misalnya mereka akan berkata, “karena kami profesional, maka dalam bertugas kami berhak untuk…”. Dengan demikian maka posisi mereka menjadi sangat diperhitungkan dalam menentukan nasib mereka dan profesinya.

Namun ketika berbicara profesionalisme guru, maka yang banyak bicara adalah justru kalangan diluar guru itu sendiri, misalnya masyarakat, orang tua ataupun pemerintah. Kondisi ini menunjukkan bahwa posisi tawar guru dimasyarakat masih sangat rendah karena ketika pihak luar bicara masalah profesionalisme guru maka yang muncul kepermukaan adalah nuansa kewajiban. Mereka akan berkata, “ guru harus profesional! maka guru harus……..”. Dan dampak nyata dari situasi seperti ini adalah ketika terjadi suatu kesalahan dalam proses maupun hasil belajar maka yang disudutkan adalah guru itu sendiri, baik dibidang hasil ujian maupun moral atau etika peserta didik.

Kedua adalah, profesionalisme guru dapat berjalan dengan baik apabila dilaksanakan oleh dua pihak, yaitu guru dan pihak lain yang terlibat dalam dunia pendidikan. Ibarat tepuk tangan, maka akan mengeluarkan bunyi yang baik apabila kedua tangan kita kompak bertemu dalam posisi yang baik, artinya guru akan profesional apabila didukung oleh semua pihak baik dari aspek materil maupun moril. Apabila usaha guru untuk menjadi lebih baik tidak didukung oleh pihak lain atau dukungan pihak lain tidak dimanfaatkan dengan tepa oleh guru untuk menjadi lebih baik, maka profesionalisme guru hanyalah angan belaka.

Dari kedua paparan tadi, maka sudah saatnya guru mulai merumuskan secara tepat standar profesionalisme guru secara mandiri tanpa menunggu pihak lain yang menentukannya. Karena dengan demikian maka setiap butir kesepakatan tentang hal –hal yang berkaitan dengan profesi guru, akan sangat menyentuh kepentingan guru dan peserta didik secara kongkret dilapangan sehingga akan mudah diaplikasikan dalam setiap proses belajar mengajar. Dengan standar dan indikator yang mandiri, seragam dan tepat maka akan muncul kesadaran dari setiap guru untuk menilai kemampuan dan pengetahuannya dalam menjalankan profesinya dan juga akan menimbulkan kesadaran bahwa profesi guru bukanlah profesi kelas dua dan hanya sampingan sambil menunggu pekerjaan lain yang lebih baik. Profesionalisme adalah totalitas pengabdian terhadap pekerjaan dengan kesanggupan menanggung semua konsekuensi dari pekerjaan tersebut. Dan guru adalah profesi yang sangat agung sehingga untuk itu sangat memerlukan kemampuan dan pengabdian yang total pula dari setiap pelakunya.

Untuk meningkatkan profesionalisme guru, harus ada kesinambungan dan sinergi yang sangat tinggi antara guru dan berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dengan dunia pendidikan.

Sambil menunggu proses penyadaran dan kesadaran masyarakat maupun pemerintah untuk mendorong peningkatan profesionalisme guru melalui berbagai kebijakan yang berpihak kepada guru, kita sebagai guru pun wajib terus berusaha untuk meningkatkan kualitas secara mandiri pula. Tak ada pihak yang patut disalahkan atas kurangnya perhatian dan penghargaan pihak lain terhadap profesi guru selain kita sendiri sebagai guru.

Sudah saatnya kita berhenti mengeluh dengan keadaan seperti sekarang dan mulailah membangun kompetensi pribadi dengan berbagai usaha. Tidak ada alasan kita untuk berhenti membangun dan membangkitkan semangat profesi untuk mengabdi. Materi atau fasilitas bukanlah alasan utama kita untuk berjuang meningkatkan kemampuan, karena Tuhan telah memberikan kita berjuta jalan atau alternatif untuk terus menjadi lebih baik.

Dan apabila kita mampu melaksanakan profesi kita dengan baik, maka masyarakat dan pemerintah dengan sendirinya akan memperhitungkan dan memperhatikan segala keperluan dan kepentingan kita. Jadikan setiap kesempatan, seminar, lokakarya, In House Training dan pelatihan lainnya sebagai bahan belajar dan menambah wawasan. Semoga Tuhan selalu bersama kita. Amin.

Sumber: http://akselerasismptarbak.blogspot.com
READ MORE - Profesionalisme Guru, Siapa yang Punya?

Cara “Menciptakan” Anak Cerdas

Berbicara tentang kecerdasan anak, ada baiknya jika Anda membaca Buku Manajemen Kecerdasan (Memberdayakan IQ, EQ, dan SQ untuk Kesuksesan Hidup) karya dr. Taufiq Pasiak, peneliti neurosains dari dalam negeri.

Menurut dr. Taufiq Pasiak, anak cerdas adalah anak yang otak rasional, otak emosional, dan fungsi-fungsi motoriknya berjalan secara baik. Jika hanya salah satu yang berkembang, itu akan menghilangkan salah satu bekalnya dalam mengarungi kehidupan dewasa yang lebih keras. Jauh lebih mudah meningkatkan kemampuan otak rasional dan fungsi motorik daripada otak emosional seorang anak.

Otak rasional berpusat di kulit otak (mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan berpikir rasional, seperti berhitung, memecahkan masalah, dan lain-lain). Otak emosional berpusat di sistem limbik (mengurusi soal perasaan: bagaimana kita menguasai diri, mengendalikan, dan bertindak sesuai dengan kadarnya).

Tips / Cara untuk menciptakan / mencetak anak cerdas, jenius, dan kreatif, setidaknya ada 5 hal yang harus diperhatikan betul:

1. Makanan
Ini amunisi otak yang sangat penting. Anak-anak yang kekurangan gizi umumnya memiliki otak yang kurang berkembang. Konsumsi ikan yang cukup, ASI, vitamin, dan mineral merupakan amunisi yang tepat bagi otak. Apa pun kursus yang Anda berikan untuk anak anda tanpa memberinya makanan yang tepat, samalah artinya dengan mengisi ruangan tanpa menguatkan dinding-dindingnya. Gizi adalah bahan baku proses-proses seluler, terutama untuk pembangunan struktur otak.

2. Lingkungan
Makin bervariasi lingkungan hdup anak Anda, makin baik perkembangan otaknya. Warna, bentuk, orang-orang yang berbeda, suasana yang bervariasi, dan lain-lain lebih mudah menstimulasi otak dibandingkan yang homogen. Jika Anda menciptakan lingkungan yang kaya dengan permainan, otak anak Anda berkembang dengan sangat pesat. Karena itu, sebisa mungkin, tempat tidur, tempat belajar (terutama di sekolah-sekolah), dan ruangan keluarga dapat diubah setiap jangka waktu tertentu. Anda perlu juga mengajaknya ke tempat-tempat yang penuh dengan hal-hal baru, seperti di pantai, gunung, dan lain-lain. Semakin bervariasi lingkungan, semakin cepat koneksi sel saraf terjadi.

3. Pengalaman emosional
Sistem limbik lebih dulu matang dibandingkan dengan kulit otak. Akibatnya, anak-anak menjadi sangat peka terhadap rangsangan dan pengalaman emosional. Semua pengalaman emosional yang diberikan pada rentang usia 0-7 tahun ini akan sangat berpengaruh dalam membentuk jalinan antar sel saraf. Pada usia ini, kontrol diri, kesabaran, kerja sama, empati, dan lain-lain lebih mudah dilatih dan tertanam kuat dalam otak dibanding berhitung, membaca, atau kegiatan-kegiatan kalkulatif lainnya. Jangan lupa, kematangan emosional ini lebih menentukan kesuksesan anak Anda di masa depan ketimbang kemampuan berhitung dan main komputer.

4. Stimulasi rasional
Hal-hal yang baru (novelty), menantang (challenge), padu (coherent), dan penuh makna (meaningful) lebih cepat memengaruhi otak ketimbang hal-hal yang lazim dan biasa. Jika setiap hari Anda memperkenalkan kata-kata baru kepada anak Anda, teknik-teknik baru dalam berhitung, tugas-tugas yang menantang dan penuh makna (misalnya, membuat percobaan fisika yang berkenaan dengan hal-hal sehari-hari), otaknya akan lebih cepat berkembang. Hal-hal yang menantang, seperti menemukan bentuk tertentu dalam banyak bentuk, dapat memperbanyak hubungan sel saraf. Origami (seni melipat kertas) adalah salah satu cara memperbanyak hubungan sel saraf. Attention of details juga merangsang otak. Berikan sebuah batu kerikil atau dedaunan kepada anak-anak. Mintalah mereka mencermati alur, warna, bentuk, dan ciri-ciri lain yang tidak tampak jika hanya dilihat sepintas. Perhatian pada hal-hal kecil, terutama bentuk dan warna, membuat sinaps saraf bertambah banyak.

5. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik memengaruhi otak dengan tiga cara: 1) meningkatkan sirkulasi darah ke otak. Artinya, oksigen, gula, dan zat gizi juga bertambah. 2) Memengaruhi produksi hormon NGF (Nerve Growth Factor); dan 3) merangsang produksi dopamin. Zat ini berfungsi penting dalam menata perasaan (mood) anak Anda. Semakin sering dan terampil ia melakukan kegiatan fisik, semakin baik perkembangan otaknya.

Lima hal di atas tidak berdiri sendiri. Semuanya saling melengkapi dan saling memengaruhi. Anda tidak boleh mengedepankan dan memprioritaskan satu di antara yang lain. Jika Anda harus memilih yang utama, disarankan untuk melatih emosi anak Anda lebih dulu. Kematangan emosi memerlukan waktu tertentu untuk berkembang. Sedangkan kecerdasan rasional dapat Anda tingkatkan kapan saja Anda mau.

Source:
Manajemen Kecerdasan (Memberdayakan IQ, EQ, dan SQ untuk Kesuksesan Hidup) - Taufiq Pasiak (Penulis best-seller Revolusi IQ/EQ/SQ). Anda bisa dapatkan bukunya di toko buku terdekat

Sumber: http://akselerasismptarbak.blogspot.com
READ MORE - Cara “Menciptakan” Anak Cerdas
Tujuh Gaya Belajar Efektif

Banyak gaya yang bisa dipilih untuk belajar secara efektif. Berikut adalah tujuh gaya belajar yang mungkin bisa Anda ikuti

1. Bermain dengan kata.
Gaya ini bisa kita mulai dengan mengajak seorang teman yang senang bermain dengan bahasa, seperti bercerita dan membaca serta menulis. Gaya belajar ini sangat menyenangkan karena bisa membantu kita mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal-hal lainya dengan cara mendengar kemudian menyebutkannya.

2. Bermain dengan pertanyaan.
Bagi sebagian orang, belajar makin efektif dan bermanfaat bila itu dilakukan dengan cara bermian dengan pertanyaan. Misalnya, kita memancing keinginan tahuan dengan berbagai pertanyaan. Setiaop kali muncuil jawaban, kejar dengan pertanyaan, hingga didapatkan hasil yang paling akhirnya atau kesimpulan.

3. Bermain dengan gambar.
Anda sementar orang yang lebih suka belajar dengan membuat gambar, merancang, melihat gambar, slide, video atau film. Orang yang memiliki kegemaran ini, biasa memiliki kepekaan tertentu dalam menangkap gambar atau warna, peka dalam membuat perubahan, merangkai dan membaca kartu. Jika Anda termasuk kelompok ini, tak salah bila Anda mencoba mengikutinya.

4. Bermain dengan musik.
Detak irama, nyanyian, dan mungkin memainkan salah satu instrumen musik, atau selalu mendengarkan musik. Ada banyak orang yang suka mengingat beragam informasi dengan cara menginat notasi atau melodi musik. Ini yang disebut sebagai ritme hidup. Mereka berusaha mendapatkan informasi terbaru mengenai beragam hal dengan cara mengingat musik atau notasinya yang kemudian bisa membuatnya mencari informasi yang berkaitan dengan itu. Misalnya mendegarkan musik jazz, lalu tergeliik bagaimanalagu itu dibuat, siapa yang membuat, dimana, dan pada saat seperti apa lagu itu muncul. Informasi yang mengiringi lagu itu, bisa saja tak sebatas cerita tentang musik, tapi juga manusia, teknologi, dan situasi sosial politik pada kurun waktu tertentu.

5. Bermain dengan bergerak.
Gerak manusia, menyentuh sambil berbicara dan menggunakan tubuh untuk mengekspresikan gagasan adalah salah satu cara belajar yang menyenangkan. Mereka yang biasanya mudah memahami atau menyerap informasi dengan cara ini adalah kalangan penari, olahragawan. Jadi jika Anda termasuk kelompok yang aktif, tak salah mencoba belajar sambil tetap melakukan beragam aktivitas menyenangkan seperti menari atau berolahraga.

6. Bermain dengan bersosialisasi.
Bergabung dan membaur dengan orang lain adalah cara terbaik mendapat informasi dan belajar secara cepat. Dengan berkumpul, kita bisa menyerap berbagai informasi terbaru secara cepat dan mudah memahaminya. Dan biasanya, informasi yang didapat dengan cara ini, akan lebih lama terekam dalam ingatan.

7. Bermain dengan Kesendirian.
Ada sebagian orang yang gemar melakukan segala sesuatunya, termasuk belajar dengan menyepi. Untuk mereka yang seperti ini, biasanya suka tempat yang tenang dan ruang yang terjaga privasinya. Jika Anda termasuk yang seperti ini, maka memiliki kamar pribadi akan sangat membantu Anda bisa belajar secara mandiri.

(Sumber TEMPO Interaktif - 23 April 2001)
READ MORE -
Tujuh Gaya Belajar Efektif


Banyak gaya yang bisa dipilih untuk belajar secara efektif. Berikut adalah tujuh gaya belajar yang mungkin bisa Anda ikuti

1. Bermain dengan kata.
Gaya ini bisa kita mulai dengan mengajak seorang teman yang senang bermain dengan bahasa, seperti bercerita dan membaca serta menulis. Gaya belajar ini sangat menyenangkan karena bisa membantu kita mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal-hal lainya dengan cara mendengar kemudian menyebutkannya.

2. Bermain dengan pertanyaan.
Bagi sebagian orang, belajar makin efektif dan bermanfaat bila itu dilakukan dengan cara bermian dengan pertanyaan. Misalnya, kita memancing keinginan tahuan dengan berbagai pertanyaan. Setiaop kali muncuil jawaban, kejar dengan pertanyaan, hingga didapatkan hasil yang paling akhirnya atau kesimpulan.

3. Bermain dengan gambar.
Anda sementar orang yang lebih suka belajar dengan membuat gambar, merancang, melihat gambar, slide, video atau film. Orang yang memiliki kegemaran ini, biasa memiliki kepekaan tertentu dalam menangkap gambar atau warna, peka dalam membuat perubahan, merangkai dan membaca kartu. Jika Anda termasuk kelompok ini, tak salah bila Anda mencoba mengikutinya.

4. Bermain dengan musik.
Detak irama, nyanyian, dan mungkin memainkan salah satu instrumen musik, atau selalu mendengarkan musik. Ada banyak orang yang suka mengingat beragam informasi dengan cara menginat notasi atau melodi musik. Ini yang disebut sebagai ritme hidup. Mereka berusaha mendapatkan informasi terbaru mengenai beragam hal dengan cara mengingat musik atau notasinya yang kemudian bisa membuatnya mencari informasi yang berkaitan dengan itu. Misalnya mendegarkan musik jazz, lalu tergeliik bagaimanalagu itu dibuat, siapa yang membuat, dimana, dan pada saat seperti apa lagu itu muncul. Informasi yang mengiringi lagu itu, bisa saja tak sebatas cerita tentang musik, tapi juga manusia, teknologi, dan situasi sosial politik pada kurun waktu tertentu.

5. Bermain dengan bergerak.
Gerak manusia, menyentuh sambil berbicara dan menggunakan tubuh untuk mengekspresikan gagasan adalah salah satu cara belajar yang menyenangkan. Mereka yang biasanya mudah memahami atau menyerap informasi dengan cara ini adalah kalangan penari, olahragawan. Jadi jika Anda termasuk kelompok yang aktif, tak salah mencoba belajar sambil tetap melakukan beragam aktivitas menyenangkan seperti menari atau berolahraga.

6. Bermain dengan bersosialisasi.
Bergabung dan membaur dengan orang lain adalah cara terbaik mendapat informasi dan belajar secara cepat. Dengan berkumpul, kita bisa menyerap berbagai informasi terbaru secara cepat dan mudah memahaminya. Dan biasanya, informasi yang didapat dengan cara ini, akan lebih lama terekam dalam ingatan.

7. Bermain dengan Kesendirian.
Ada sebagian orang yang gemar melakukan segala sesuatunya, termasuk belajar dengan menyepi. Untuk mereka yang seperti ini, biasanya suka tempat yang tenang dan ruang yang terjaga privasinya. Jika Anda termasuk yang seperti ini, maka memiliki kamar pribadi akan sangat membantu Anda bisa belajar secara mandiri.

(Sumber TEMPO Interaktif - 23 April 2001)
READ MORE -

Senin, 24 Oktober 2011






FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN
PENGEMBANGAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM

Report Book ini di tulis untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Filsafat Ilmu (MKK 112)

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Abu Suud
Dr. Bengat, M. Pd.

Di Susun Oleh :
Nama : MUDHOFAR
NPM : 11510017


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA (S2)
IKIP PGRI SEMARANG

2011
BAB I
Pendahuluan

Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dikemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).
Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.
Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar- bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.
Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya “Knowledge Is Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.
Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel kant (dalam kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu- ilmu (the great mother of the sciences).
Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu.
Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan dari Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati sekarang sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas serta dikaitkan dengan permasalahan yang penulis akan jelajahi, maka penulisan ini akan difokuskan pada pembahasan tentang: “Filsafat Ilmu Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam”, dengan pertimbangan bahwa latar belakang pendidikan penulis adalah ilmu pengetahuan alam (MIPA – Kimia).





BAB II
Pengertian Filsafat

Perkataan Inggrisphilosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertiansophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis (The Liang Gie, 1999).
Banyak pengertian-pengertian atau definisi-definisi tentang filsafat yang telah dikemukakan oleh para filsuf. Menurut Merriam-Webster (dalam Soeparmo, 1984), secara harafiah filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Maksud sebenarnya adalah pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan.
Kalau menurut tradisi filsafati dari zaman Yunani Kuno, orang yang pertama memakai istilahphilosophia danphilosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M.), yakni seorang ahli matematika yang kini lebih terkenal dengan dalilnya dalam geometri yang menetapkan a2 + b2 = c2. Pytagoras menganggap dirinya “philosophos” (pencinta kearifan). Baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan. Selanjutnya, orang yang oleh para penulis sejarah filsafat diakui sebagai Bapak Filsafat ialah Thales (640-546 S.M.). Ia merupakan seorang Filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya (The Liang Gie, 1999).
Menurut sejarah kelahiran istilahnya, filsafat terwujud sebagai sikap yang ditauladankan oleh Socrates. Yaitu sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus maju dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah kepada kemalasan, terus menerus mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan kebenaran (Soeparmo, 1984). Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks, maka tidak semuanya dapat dijawab oleh filsafat secara memuaskan. Jawaban yang diperoleh menurut Koento Wibisono dkk. (1997), dengan melakukan refleksi yaitu berpikir tentang pikirannya sendiri. Dengan demikian, tidak semua persoalan itu harus persoalan filsafat.








BAB III
Filsafat Ilmu

Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam berbagai buku maupun karangan ilmiah lainnya. Menurut The Liang Gie (1999), filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan- persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.
Sehubungan dengan pendapat tersebut serta sebagaimana pula yang telah digambarkan pada bagian pendahuluan dari tulisan ini bahwa filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru. Hal ini senada dengan ungkapan dari Archie J.Bahm (1980) bahwa ilmu pengetahuan (sebagai teori) adalah sesuatu yang selalu berubah.
Dalam perkembangannya filsafat ilmu mengarahkan pandangannya pada strategi pengembangan ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan manusia (Koento Wibisono dkk., 1997).
Oleh karena itu, diperlukan perenungan kembali secara mendasar tentang hakekat dari ilmu pengetahuan itu bahkan hingga implikasinya ke bidang- bidang kajian lain seperti ilmu-ilmu kealaman. Dengan demikian setiap perenungan yang mendasar, mau tidak mau mengantarkan kita untuk masuk ke dalam kawasan filsafat. Menurut Koento Wibisono (1984), filsafat dari sesuatu segi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami hakekat dari sesuatu “ada” yang dijadikan objek sasarannya, sehingga filsafat ilmu pengetahuan yang merupakan salah satu cabang filsafat dengan sendirinya merupakan ilmu yang berusaha untuk memahami apakah hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri. Lebih lanjut Koento Wibisono (1984), mengemukakan bahwa hakekat ilmu menyangkut masalah keyakinan ontologik, yaitu suatu keyakinan yang harus dipilih oleh sang ilmuwan dalam menjawab pertanyaan tentang apakah “ada” (being, sein, het zijn) itu. Inilah awal-mula sehingga seseorang akan memilih pandangan yang idealistis-spiritualistis, materialistis, agnostisistis dan lain sebagainya, yang implikasinya akan sangat menentukan dalam pemilihan epistemologi, yaitu cara-cara, paradigma yang akan diambil dalam upaya menuju sasaran yang hendak dijangkaunya, serta pemilihan aksiologi yaitu nilai-nilai, ukuran-ukuran mana yang akan dipergunakan dalam seseorang mengembangkan ilmu.
Dengan memahami hakekat ilmu itu, menurut Poespoprodjo (dalam Koento Wibisono, 1984), dapatlah dipahami bahwa perspektif-perspektif ilmu, kemungkinan-kemungkinan pengembangannya, keterjalinannya antar ilmu, simplifikasi dan artifisialitas ilmu dan lain sebagainya, yang vital bagi penggarapan ilmu itu sendiri. Lebih dari itu, dikatakan bahwa dengan filsafat ilmu, kita akan didorong untuk memahami kekuatan serta keterbatasan metodenya, prasuposisi ilmunya, logika validasinya, struktur pemikiran ilmiah dalam konteks dengan realitas in conreto sedemikian rupa sehingga seorang ilmuwan dapat terhindar dari kecongkakan serta kerabunan intelektualnya.

BAB IV
Filsafat Ilmu sebagai Landasan Pengembangan Pengetahuan Alam.

Frank (dalam Soeparmo, 1984), dengan mengambil sebuah rantai sebagai perbandingan, menjelaskan bahwa fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam adalah mengembangkan pengertian tentang strategi dan taktik ilmu pengetahuan alam. Rantai tersebut sebelum tahun 1600, menghubungkan filsafat disatu pangkal dan ilmu pengetahuan alam di ujung lain secara berkesinambungan. Sesudah tahun 1600, rantai itu putus. Ilmu pengetahuan alam memisahkan diri dari filsafat. Ilmu pengetahuan alam menempuh jalan praktis dalam menurunkan hukum-hukumnya. Menurut Frank, fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam adalah menjembatani putusnya rantai tersebut dan menunjukkan bagaimana seseorang beranjak dari pandangan common sense (pra-pengetahuan) ke prinsip-prinsip umum ilmu pengetahuan alam. Filsafat ilmu pengetahuan alam bertanggung jawab untuk membentuk kesatuan pandangan dunia yang di dalamnya ilmu pengetahuan alam, filsafat dan kemanusian mempunyai hubungan erat.
Sastrapratedja (1997), mengemukakan bahwa ilmu-ilmu alam secara fundamental dan struktural diarahkan pada produksi pengetahuan teknis dan yang dapat digunakan. Ilmu pengetahuan alam merupakan bentuk refleksif (relefxion form) dari proses belajar yang ada dalam struktur tindakan instrumentasi, yaitu tindakan yang ditujukan untuk mengendalikan kondisi eksternal manusia. Ilmu pengetahuan alam terkait dengan kepentingan dalammeramal (memprediksi) dan mengendalikan proses alam. Positivisme menyamakan rasionalitas dengan rasionalitas teknis dan ilmu pengetahuan dengan ilmu pengetahuan alam. Menurut Van Melsen (1985), ciri khas pertama yang menandai ilmu alam ialah bahwa ilmu itu melukiskan kenyataan menurut aspek-aspek yang mengizinkan registrasi inderawi yang langsung. Hal kedua yang penting mengenai registrasi ini adalah bahwa dalam keadaan ilmu alam sekarang ini registrasi itu tidak menyangkut pengamatan terhadap benda-benda dan gejala-gejala alamiah, sebagaimana spontan disajikan kepada kita. Yang diregistrasi dalam eksperimen adalah cara benda-benda bereaksi atas “campur tangan” eksperimental kita. Eksperimentasi yang aktif itu memungkinkan suatu analisis jauh lebih teliti terhadap banyak faktor yang dalam pengamatan konkrit selalu terdapat bersama-sama. Tanpa pengamatan eksperimental kita tidak akan tahu menahu tentang elektron-elektron dan bagian-bagian elementer lainnya. Ilmu pengetahuan alam mulai berdiri sendiri sejak abad ke 17. Kemudian pada tahun 1853, Auguste Comte mengadakan penggolongan ilmu pengetahuan. Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh Auguste Comte (dalam Koento Wibisono, 1996), sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. Dengan mempelajari gejala-gejala yang paling sederhana dan paling umum secara lebih tenang dan rasional, kita akan memperoleh landasan baru bagi ilmu-ilmu pengetahuan yang saling berkaitan untuk dapat berkembang secara lebih cepat. Dalam penggolongan ilmu pengetahuan tersebut, dimulai dari Matematika, Astronomi, Fisika, Ilmu Kimia, Biologi dan Sosilogi. Ilmu Kimia diurutkan dalam urutan keempat.
Penggolongan tersebut didasarkan pada urutan tata jenjang, asas ketergantungan dan ukuran kesederhanaan. Dalam urutan itu, setiap ilmu yang terdahulu adalah lebih tua sejarahnya, secara logis lebih sederhana dan lebih luas penerapannya daripada setiap ilmu yang dibelakangnya (The Liang Gie, 1999). Pada pengelompokkan tersebut, meskipun tidak dijelaskan induk dari setiap ilmu tetapi dalam kenyataannya sekarang bahwa fisika, kimia dan biologi adalah bagian dari kelompok ilmu pengetahuan alam.
Ilmu kimia adalah suatu ilmu yang mempelajari perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi. Menurut ensiklopedi ilmu (dalam The Liang Gie, 1999), ilmu kimia dapat digolongkan ke dalam beberapa sub-sub ilmu yakni: kimia an organik, kimia organik, kimia analitis, kimia fisik serta kimia nuklir. Selanjutnya Auguste Comte (dalam Koento Wibisono, 1996) memberi efinisi tentang ilmu kimia sebagai “… that it relates to the law of the phenomena of composition and decomposition, which result from the molecular and specific mutual action of different subtances, natural or artificial” ( arti harafiahnya kira- kira adalah ilmu yang berhubungan dengan hukum gejala komposisi dan dekomposisi dari zat-zat yang terjadi secara alami maupun sintetik). Untuk itu pendekatan yang dipergunakan dalam ilmu kimia tidak saja melalui pengamatan (observasi) dan percobaan (eksperimen), melainkan juga dengan perbandingan (komparasi). Jika melihat dari sejarah perkembangan ilmu pengetahuan alam, pada mulanya orang tetap mempertahankan penggunaan nama/istilah filsafat alam bagi ilmu pengetahuan alam. Hal ini dapat dilihat dari judul karya utama dari pelopor ahli kimia yaitu John Dalton: New Princiles of Chemical Philosophy. Berdasarkan hal tersebut maka sangatlah beralasan bahwa ilmu pengetahuan alam tidak terlepas dari hubungan dengan ilmu induknya yaitu filsafat. Untuk itu diharapkan uraian ini dapat memberikan dasar bagi para ilmuan IPA dalam merenungkan kembali sejarah perkembangan ilmu alam dan dalam pengembangan ilmu IPA selanjutnya.



BAB V
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka disimpulkan bahwa filsafat ilmu sangatlah tepat dijadikan landasan pengembangan ilmu khususnya ilmu pengetahuan alam karena kenyataanya, filsafat merupakan induk dari ilmu pengetahuan alam.
READ MORE -
FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN
PENGEMBANGAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM

Report Book ini di tulis untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Filsafat Ilmu (MKK 112)

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Abu Suud
Dr. Bengat, M. Pd.

Di Susun Oleh :
Nama : MUDHOFAR
NPM : 11510017


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA (S2)
IKIP PGRI SEMARANG

2011
BAB I
Pendahuluan

Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dikemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).
Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.
Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar- bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.
Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya “Knowledge Is Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.
Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel kant (dalam kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu- ilmu (the great mother of the sciences).
Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu.
Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan dari Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati sekarang sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas serta dikaitkan dengan permasalahan yang penulis akan jelajahi, maka penulisan ini akan difokuskan pada pembahasan tentang: “Filsafat Ilmu Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam”, dengan pertimbangan bahwa latar belakang pendidikan penulis adalah ilmu pengetahuan alam (MIPA – Kimia).





BAB II
Pengertian Filsafat

Perkataan Inggrisphilosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertiansophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis (The Liang Gie, 1999).
Banyak pengertian-pengertian atau definisi-definisi tentang filsafat yang telah dikemukakan oleh para filsuf. Menurut Merriam-Webster (dalam Soeparmo, 1984), secara harafiah filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Maksud sebenarnya adalah pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan.
Kalau menurut tradisi filsafati dari zaman Yunani Kuno, orang yang pertama memakai istilahphilosophia danphilosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M.), yakni seorang ahli matematika yang kini lebih terkenal dengan dalilnya dalam geometri yang menetapkan a2 + b2 = c2. Pytagoras menganggap dirinya “philosophos” (pencinta kearifan). Baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan. Selanjutnya, orang yang oleh para penulis sejarah filsafat diakui sebagai Bapak Filsafat ialah Thales (640-546 S.M.). Ia merupakan seorang Filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya (The Liang Gie, 1999).
Menurut sejarah kelahiran istilahnya, filsafat terwujud sebagai sikap yang ditauladankan oleh Socrates. Yaitu sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus maju dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah kepada kemalasan, terus menerus mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan kebenaran (Soeparmo, 1984). Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks, maka tidak semuanya dapat dijawab oleh filsafat secara memuaskan. Jawaban yang diperoleh menurut Koento Wibisono dkk. (1997), dengan melakukan refleksi yaitu berpikir tentang pikirannya sendiri. Dengan demikian, tidak semua persoalan itu harus persoalan filsafat.








BAB III
Filsafat Ilmu

Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam berbagai buku maupun karangan ilmiah lainnya. Menurut The Liang Gie (1999), filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan- persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.
Sehubungan dengan pendapat tersebut serta sebagaimana pula yang telah digambarkan pada bagian pendahuluan dari tulisan ini bahwa filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru. Hal ini senada dengan ungkapan dari Archie J.Bahm (1980) bahwa ilmu pengetahuan (sebagai teori) adalah sesuatu yang selalu berubah.
Dalam perkembangannya filsafat ilmu mengarahkan pandangannya pada strategi pengembangan ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan manusia (Koento Wibisono dkk., 1997).
Oleh karena itu, diperlukan perenungan kembali secara mendasar tentang hakekat dari ilmu pengetahuan itu bahkan hingga implikasinya ke bidang- bidang kajian lain seperti ilmu-ilmu kealaman. Dengan demikian setiap perenungan yang mendasar, mau tidak mau mengantarkan kita untuk masuk ke dalam kawasan filsafat. Menurut Koento Wibisono (1984), filsafat dari sesuatu segi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami hakekat dari sesuatu “ada” yang dijadikan objek sasarannya, sehingga filsafat ilmu pengetahuan yang merupakan salah satu cabang filsafat dengan sendirinya merupakan ilmu yang berusaha untuk memahami apakah hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri. Lebih lanjut Koento Wibisono (1984), mengemukakan bahwa hakekat ilmu menyangkut masalah keyakinan ontologik, yaitu suatu keyakinan yang harus dipilih oleh sang ilmuwan dalam menjawab pertanyaan tentang apakah “ada” (being, sein, het zijn) itu. Inilah awal-mula sehingga seseorang akan memilih pandangan yang idealistis-spiritualistis, materialistis, agnostisistis dan lain sebagainya, yang implikasinya akan sangat menentukan dalam pemilihan epistemologi, yaitu cara-cara, paradigma yang akan diambil dalam upaya menuju sasaran yang hendak dijangkaunya, serta pemilihan aksiologi yaitu nilai-nilai, ukuran-ukuran mana yang akan dipergunakan dalam seseorang mengembangkan ilmu.
Dengan memahami hakekat ilmu itu, menurut Poespoprodjo (dalam Koento Wibisono, 1984), dapatlah dipahami bahwa perspektif-perspektif ilmu, kemungkinan-kemungkinan pengembangannya, keterjalinannya antar ilmu, simplifikasi dan artifisialitas ilmu dan lain sebagainya, yang vital bagi penggarapan ilmu itu sendiri. Lebih dari itu, dikatakan bahwa dengan filsafat ilmu, kita akan didorong untuk memahami kekuatan serta keterbatasan metodenya, prasuposisi ilmunya, logika validasinya, struktur pemikiran ilmiah dalam konteks dengan realitas in conreto sedemikian rupa sehingga seorang ilmuwan dapat terhindar dari kecongkakan serta kerabunan intelektualnya.

BAB IV
Filsafat Ilmu sebagai Landasan Pengembangan Pengetahuan Alam.

Frank (dalam Soeparmo, 1984), dengan mengambil sebuah rantai sebagai perbandingan, menjelaskan bahwa fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam adalah mengembangkan pengertian tentang strategi dan taktik ilmu pengetahuan alam. Rantai tersebut sebelum tahun 1600, menghubungkan filsafat disatu pangkal dan ilmu pengetahuan alam di ujung lain secara berkesinambungan. Sesudah tahun 1600, rantai itu putus. Ilmu pengetahuan alam memisahkan diri dari filsafat. Ilmu pengetahuan alam menempuh jalan praktis dalam menurunkan hukum-hukumnya. Menurut Frank, fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam adalah menjembatani putusnya rantai tersebut dan menunjukkan bagaimana seseorang beranjak dari pandangan common sense (pra-pengetahuan) ke prinsip-prinsip umum ilmu pengetahuan alam. Filsafat ilmu pengetahuan alam bertanggung jawab untuk membentuk kesatuan pandangan dunia yang di dalamnya ilmu pengetahuan alam, filsafat dan kemanusian mempunyai hubungan erat.
Sastrapratedja (1997), mengemukakan bahwa ilmu-ilmu alam secara fundamental dan struktural diarahkan pada produksi pengetahuan teknis dan yang dapat digunakan. Ilmu pengetahuan alam merupakan bentuk refleksif (relefxion form) dari proses belajar yang ada dalam struktur tindakan instrumentasi, yaitu tindakan yang ditujukan untuk mengendalikan kondisi eksternal manusia. Ilmu pengetahuan alam terkait dengan kepentingan dalammeramal (memprediksi) dan mengendalikan proses alam. Positivisme menyamakan rasionalitas dengan rasionalitas teknis dan ilmu pengetahuan dengan ilmu pengetahuan alam. Menurut Van Melsen (1985), ciri khas pertama yang menandai ilmu alam ialah bahwa ilmu itu melukiskan kenyataan menurut aspek-aspek yang mengizinkan registrasi inderawi yang langsung. Hal kedua yang penting mengenai registrasi ini adalah bahwa dalam keadaan ilmu alam sekarang ini registrasi itu tidak menyangkut pengamatan terhadap benda-benda dan gejala-gejala alamiah, sebagaimana spontan disajikan kepada kita. Yang diregistrasi dalam eksperimen adalah cara benda-benda bereaksi atas “campur tangan” eksperimental kita. Eksperimentasi yang aktif itu memungkinkan suatu analisis jauh lebih teliti terhadap banyak faktor yang dalam pengamatan konkrit selalu terdapat bersama-sama. Tanpa pengamatan eksperimental kita tidak akan tahu menahu tentang elektron-elektron dan bagian-bagian elementer lainnya. Ilmu pengetahuan alam mulai berdiri sendiri sejak abad ke 17. Kemudian pada tahun 1853, Auguste Comte mengadakan penggolongan ilmu pengetahuan. Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh Auguste Comte (dalam Koento Wibisono, 1996), sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. Dengan mempelajari gejala-gejala yang paling sederhana dan paling umum secara lebih tenang dan rasional, kita akan memperoleh landasan baru bagi ilmu-ilmu pengetahuan yang saling berkaitan untuk dapat berkembang secara lebih cepat. Dalam penggolongan ilmu pengetahuan tersebut, dimulai dari Matematika, Astronomi, Fisika, Ilmu Kimia, Biologi dan Sosilogi. Ilmu Kimia diurutkan dalam urutan keempat.
Penggolongan tersebut didasarkan pada urutan tata jenjang, asas ketergantungan dan ukuran kesederhanaan. Dalam urutan itu, setiap ilmu yang terdahulu adalah lebih tua sejarahnya, secara logis lebih sederhana dan lebih luas penerapannya daripada setiap ilmu yang dibelakangnya (The Liang Gie, 1999). Pada pengelompokkan tersebut, meskipun tidak dijelaskan induk dari setiap ilmu tetapi dalam kenyataannya sekarang bahwa fisika, kimia dan biologi adalah bagian dari kelompok ilmu pengetahuan alam.
Ilmu kimia adalah suatu ilmu yang mempelajari perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi. Menurut ensiklopedi ilmu (dalam The Liang Gie, 1999), ilmu kimia dapat digolongkan ke dalam beberapa sub-sub ilmu yakni: kimia an organik, kimia organik, kimia analitis, kimia fisik serta kimia nuklir. Selanjutnya Auguste Comte (dalam Koento Wibisono, 1996) memberi efinisi tentang ilmu kimia sebagai “… that it relates to the law of the phenomena of composition and decomposition, which result from the molecular and specific mutual action of different subtances, natural or artificial” ( arti harafiahnya kira- kira adalah ilmu yang berhubungan dengan hukum gejala komposisi dan dekomposisi dari zat-zat yang terjadi secara alami maupun sintetik). Untuk itu pendekatan yang dipergunakan dalam ilmu kimia tidak saja melalui pengamatan (observasi) dan percobaan (eksperimen), melainkan juga dengan perbandingan (komparasi). Jika melihat dari sejarah perkembangan ilmu pengetahuan alam, pada mulanya orang tetap mempertahankan penggunaan nama/istilah filsafat alam bagi ilmu pengetahuan alam. Hal ini dapat dilihat dari judul karya utama dari pelopor ahli kimia yaitu John Dalton: New Princiles of Chemical Philosophy. Berdasarkan hal tersebut maka sangatlah beralasan bahwa ilmu pengetahuan alam tidak terlepas dari hubungan dengan ilmu induknya yaitu filsafat. Untuk itu diharapkan uraian ini dapat memberikan dasar bagi para ilmuan IPA dalam merenungkan kembali sejarah perkembangan ilmu alam dan dalam pengembangan ilmu IPA selanjutnya.



BAB V
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka disimpulkan bahwa filsafat ilmu sangatlah tepat dijadikan landasan pengembangan ilmu khususnya ilmu pengetahuan alam karena kenyataanya, filsafat merupakan induk dari ilmu pengetahuan alam.
READ MORE -
Biografi dan Profil Tokoh TerkenalRumah Yatim, Anak Yatim, Panti Yatim, Panti Asuhan, Panti Sosial, Rumah Zakat, Dompet Dhuafa, Baitul Maal, Sedekah, Zakat, Infaq, Wakaf, Hibah, Donatur, Badan, Amil Zakat, Lembaga Amil Zakat, Dompet Peduli, Pondok Yatim, Pecinta YatimToko Online Aksesoris wanita no.1 di Indonesia-Aini's CollectionFree automatic backlinks exchangeAuto Backlink Gratis Indonesia : AUTO BACKLINK Teralis, Railing Tangga, Railing Balkon, Kanopi, Pintu Besi, Pintu Pagar, Pagar Besi, Pintu Garasi, Tangga BesiALAT BANTU SEX- OBAT KUATDaftar PTC Indonesia pilihan yang selalu membayar Ptc indonesia terbaru,ptc indonesia terpercaya,daftar ptc terpercaya,list ptc indonesia terpercaya,situs ptc indonesia yang bisa dipercaya Free Automatic Backlinks ExchangesFree Automatic Backlinks ExchangesFree Automatic Backlinks ExchangesAqillah Aziz indian classifieds, india classified ads, free classified ads, buy sell free classifieds from india, classified yellow pages, indian ads, post free ads, indian advertisements, free advertising, post sell ads, post buy ads, free job postings, free matrimonial ads, car classifieds, auto classifieds, used stuff, local ads, ads for sale, local classifieds india, click india, property for sale, sell used cars, education institutes, travel deals, mumbai real estate, new delhi restaurants, hotels in bangalore, online classifieds india, buy sell free classifieds, online ads, free ads, indian ads, where can i post free ads, post free business ads, post free employment ads, free online ads posting, how to post free ads, post free banner ads, post free ads internet, free business advertising, local classified ads, free internet classified ads, post free dog ads, placing free ads online, free online advertising sites, where to place free classified ads, used cars classified ads, submit free classified ads, sites to post ads for free, kijiji, free classifieds nyc, post free classified ads no registration, sell car free ads, free online advertising sites, autos, ads for, one india, free classifieds in keralagrahafenomenahati. ALBUM KELUARGA H.M SOEKARNO Rt.04/03 PATIKRAJADownload Mp3 Lagu Religi Mawar Biru Keris adalah budaya asli Indonesia BACKLINK OTOMATIS GRATIS Fenomena Hati . download-aplikasi-gratisbanyumas Pustaka Link Fenomena Hati download-aplikasi-gratisbanyumasdownload-aplikasi-gratisbanyumasSAHABAT UNGU Ciptaan Terbaik Tuhan
Ratu Galunggungarinmawarbirukita download-aplikasi-gratisbanyumas
Kumpulan Artikel Islamiperjalananjihad Daftar Lagu Islami Desa Patikraja. Solusi hosting gratis dari Google Code CHANNEL---TV---DESA PATIKRAJA 10 000 000 Backlinks. 10 000 000 Backlinks. Bunda Watie  Link Exchange/Tukar Link. Media-Aisah Bella  Arin Mawar Rindu (Puisi Biru)Link Exchange/Tukar Link. CHANNEL---TV---Ugiarti Pratiwi AISAH BELLA Exchange/Tukar Link. CHANNEL---TV---AISAH BELLA  Bunda Watie  Link Exchange/Tukar Link. Majalah Roro Mendot  cewek cantik Indonesia   Arin Mawar Rindu (Puisi Biru)Link Exchange/Tukar Link. Bunda Watie  Link Exchange/Tukar Link. NYAI Roro Mendot-AISAH BELLA  AISAH BELLA Exchange/Tukar Link.

submit your site