“Kita dapat menceritakan sesuatu kepada siswa dengan cepat dan siswa akan melupakan apa yang kita ceritakan itu dengan lebih cepat”
Sebagai guru tentunya kita sering menemukan kasus dimana siswa sering melupakan materi yang telah diajarkan atau dibahas di depan kelas. Hal ini menjadi sebuah tantangan besar bagi guru karena hal tersebut berhubungan dengan metode dan cara seorang guru dalam menyampaikan sebuah materi pelajaran. Namun hal ini sering kurang dipahami guru sehingga sering pula guru menekankan kesalahan itu kepada siswa dengan tuduhan kurang memperhatikan, tidak konsentrasi atau tidak serius menyimak pelajaran.
Hal ini tentunya tidak selamanya benar, karena menurut sebuah penelitian yang diungkap dalam buku Active Learning yang disusun oleh Melvin L.Silberman, bahwa pada umumnya guru yang menggunakan metode ceramah berbicara dengan kecepatan 100 hingga 200 kata permenit. Jika siswa benar-benar berkonsentrasi menyimak perkataan guru maka mereka akan mengingat sekitar 50 sampai 100 kata permenit. Bayangkan bila guru terus berbicara selama 45 menit atau lebih? Sementara siswa dapat menyimak materi hanya 70% dari sepuluh menit pertama dan 20% di sepuluh menit terakhir. Jadi siapa yang salah kalau siswa tidak bisa mengingat materi dari gurunya?
Untuk mengatasi hal tersebut maka guru dituntut untuk mampu merancang sebuah metode pengajaran yang efektif dan efisien. Artinya bagaimana guru bisa meminimalisir dominasi guru di kelas (terutama dalam hal berbicara) dan siswa dapat lebih banyak mengingat dan memahami materi yang diterima dalam satu waktu pelajaran.
Karena peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka idealnya guru harus mampu menggabungkan berbagai gaya belajar siswa, mulai dari yang dominan belajar dengan gaya audio, visual maupun kinestetik. Namun pada kenyataannya guru dihadapkan pada kendala teknis yang membuat gabungan gaya belajar tersebut menjadi sulit diterapkan di kelas. Oleh karena itu guru kembali dituntut untuk mampu menghadirkan suasana belajar yang menyenangkan dan bisa menarik sebanyak mungkin perhatian dan minat siswa.
Berikut ada beberapa metode yang ditawarkan oleh banyak pakar dalam menyiasati kendala diatas, diantaranya adalah dengan :
Siswa diminta untuk mengemukakan kembali informasi dengan kalimat mereka sendiri
Guru mampu memberikan contoh yang dekat dengan kehidupan dan pengalaman mereka sehari-hari
Menerangkan dalam berbagai bentuk informasi (lisan, model, gambar, suara) dan situasi
Mengaitkan suatu materi dengan fakta atau gagasan lain yang tengah berkembang dilingkungan siswa
Menjelaskan dengan berbagai cara (berdiri, bergerak, intonasi dan mimik) atau melalui ceramah, latihan dan diskusi
Membuat lawan atau kebalikan ( sesuatu yang ganjil lebih mudah diingat) dari materi yang diterangkan
Tentunya metode tersebut harus ditunjang dengan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan. Dimana guru mampu menghadirkan suasana yang nyaman sehingga siswa mampu mengaktualisasikan dirinya tanpa hambatan dari rasa ketakutan dan kekhawatiran untuk melakukan kesalahan. Dalam merancang suasana yang aktif dan menyenangkan tersebut tentunya ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru, diantaranya :
Tidak semua belajar aktif berarti bersenang-senang dan bermain-main. Guru harus mampu menerangkan tujuan pokok atau indikator yang harus dipahami siswa dalam sebuah prose pembelajaran
Tetap menjaga konsentrasi siswa pada tema atau materi yang sedang dipelajari. Hal ini penting karena dalam membangun suasana belajar yang aktif dan menyenangkan, pertanyaan dan pembahasan siswa cenderung melebar dan mendalam.
Lebih rinci dalam mengatur waktu. Kegiatan yang berpusat pada siswa melahirkan sebuah konsekuensi waktu pembalajaran yang lebih lama sehingga siswa dapat maksimal mengeksplorasi pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan belajar tersebut
Tidak terjebak pada metode baku yang monoton atau menjemukan. Belajar aktif akan sangat tergantung pada kemampuan guru dalam mengakomodasi masukan dan usulan dari siswa tentang cara belajar. Misalnya siswa akanmengusulkan belajar pasar langsung di kantin sekolah atau langsung pergi ke pasar dekat sekolah.
Merangsang siswa untuk mau berkompetensi secara individual maupun kelompok dengan standar yang telah disepakati bersama
Guru berada pada posisi untuk memberikan makna dari setiap materi yang ditemukan siswa. Kurang pengalaman dan pengetahuan siswa secara utuh akan menghasilkan sebuah kesimpulan yang bias atau menyimpang dan guru wajib membenahi tanpa berarti menyalahkan.
Mempersiapkan metode dan perlengkapan dengan matang, karena kurangnya persiapan justru akan memakan waktu lebih banyak khususnya bila metode tersebut pertama kali dilaksanakan.
Lakukan evaluasi timbal balik dengan menggunakan tanya jawab atau kuisioner dari metode yang telah dilaksanakan sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang masih terjadi dalam metode tersebut.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita sebagai guru dalam mendampingi siswa belajar dan lebih lama mengingat dan memaknai materi.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Membacanya dan tolong kasih Komentarnya.