Lama tidak terdengar kabar berita tentang aktivitas maupun kesehatan pendiri PII (Pelajar Islam Indonesia) dan sesepuh Departemen Agama RI, Prof. H. Anton Timur Djaelani, MA. Pada hari Sabtu, 7 Februari 2009 pukul 11:00 WIB tokoh pergerakan Islam dan intelektual muslim terkemuka yang teduh dan santun itu telah berpulang dengan tenang ke Rahmatullah di kediamannya Jalan Kramat VII No 9 Jakarta Pusat dalam usia 86 tahun. Selain keluarga, mungkin hanya orang-orang dekat saja yang tahu sejak beberapa tahun terakhir almarhum beberapa kali keluar masuk rumah sakit karena `udzur usia lanjut.
Innalillahi wainna ilaihi raji`un.
Lahir di Kauman, Purworejo, Jawa Tengah, 27 Desember 1922 M/8 Jumadil Awal 1341 H. Menamat-kan Sekolah Dasar di Kebumen, Sekolah Muallimin Muhammadiyah, MULO dan AMS di Yogyakarta sam-pai Jepang masuk Indonesia. Pada tahun 1949 ia bergabung dengan Brigade Tentara Pelajar sebagai panggilan perjuangan membela kehormatan agama dan tanah air.
Dalam buku Pengalaman Masa Revolusi, wartawan senior H. Soebagijo I.N. mengenang zaman Jepang sebagai pelajar SGT (Sekolah Guru Tinggi) di Jakarta, Anton Timur (ketua) bersama Soebagijo I.N. (sekretaris) menyelenggarakan pelajaran agama Islam yang meliputi pelajaran tauhid dan fiqih, di Asrama Pegangsaan Timur 17 dengan mendatangkan guru tetap HSM Nasaruddin Latif (alm), seorang muballigh Muhammadiyah yang berpengalaman menangani anak muda, tulis Soebagijo.
Pada tahun 1950 Anton Timur menjadi mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Pada tahun 1960 Fakultas Agama Islam UII diambil-alih Pemerintah menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang kemudian berubah menjadi IAIN dan terakhir UIN. Menamatkan Sarjana PTAIN tahun 1955.
Prof. H.A. Timur Djaelani termasuk angkatan pertama mahasiswa perguruan tinggi agama Islam negeri yang melanjutkan studi pascasarjana ke luar negeri. Ia menyelesaikan S2 di McGill University Montreal Canada (1955-1959) dengan thesis “The Syarekat Islam Movement: Its Contribution to Indonesia Nasio-nalism.” Dalam historiografi Departemen Agama RI, almarhum H.A. Timur Djaelani adalah Inspektur Jenderal Departemen Agama pertama (1972-1978) dan Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam (sekarang Ditjen Pendidikan Islam) pertama (1978-1983).
Menurut Irjen Departemen Agama, Dr. H.M. Suparta, MA, yang melepas keberangkatan jenazah sebelum dimakamkan di kompleks pemakaman UIN Syarif Hidayatullah di Ciputat (Ahad, 8 Februari), almarhum Prof. H.A. Timur Djaelani bukan hanya aset Departemen Agama, melainkan juga sebagai aset bangsa. Hadir takziyah di kediaman almarhum, selain Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni dan Wakil Ketua MPR-RI Drs. H. A.M. Fatwa, tampak melayat sejumlah pejabat lainnya, antara lain Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil, Menteri Kehutanan MS Ka`ban, Kabalitbang Depag Prof. Dr. Atho Mudzhar dan Kepala Pusat Pinmas Departemen Agama
“In Memorium”
Prof. H. A. Timur Djaelani, MA
Masyhuri AM serta sejumlah kerabat dan kader PII dan HMI.
Semasa hidupnya H.A. Timur Djaelani banyak ber-peran di lapangan pergerakan Islam dan pendidikan, termasuk bersama Prof. Lafran Pane mendiri-kan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) pada 5 Februari 1947. Semasa belajar di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, ia mendirikan organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) bersama Yusdi Ghazali, Ibrahim Zarkasyi dan Amin Sahri pada 4 Mei 1947. Ia juga aktif sebagai anggota Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII).
Seusai pensiun dari Departemen Agama, almarhum aktif di bidang pendidikan, antara lain di Universitas Ibnu Chaldun Jakarta bersama H. Alamsyah Ratu Perwiranegara (mantan Menag) mendirikan Univer-sitas Djuanda Bogor serta Ketua STAI Thawalib Jakarta (1985-1997). Selain itu sebagai perintis pendirian Universitas Islam Riau (1987). Di samping itu H.A. Timur Djaelani aktif sebagai dosen mata kuliah Etika dan Filsafat Islam di Universitas Muhammadiyah Jakarta, dosen Pascasarja-na IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Guru Besar Luar Biasa untuk Sosiologi Agama Islam di IAIN Raden Patah, Palembang. Beliau adalah juga mantan Ketua Umum dan mantan Ketua Badan Pembina YAPI (Yayasan Asrama Pelajar Islam) Al-Azhar Rawamangun, Jakarta.
Pengalaman internasional, di antaranya menjadi anggota delegasi Indonesia pada World Conference on Religion and Peace di New Delhi (1981), Seoul (1986) Kathmandu (1990), dan Roma (1994) sehingga ia mendapat julukan Architech of Indonesian Dialoque. Sebagai ilmuwan pendidik H.A.Timur Djaelani pernah menulis, Allah telah memberikan kepada manusia tabiat yang murni dan sebaik-baiknya, dan tugas menusia ialah memelihara dan menjaga tabiat yang diberikan Allah itu.
Selamat jalan Profesor Anton Timur Djaelani. Kembalilah kehadirat Allah SWT dalam keadaan ridha dan diridhai-Nya. Masuklah bergabung ke dalam rombongan hamba-hamba yang diterima Iman dan Islamnya serta dimasukkan ke dalam surga-Nya
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Membacanya dan tolong kasih Komentarnya.