Masjid Agung Demak secara administratif terletak di Desa Kauntan,Kec.Demak Kauntan,Kec.Demak Kabupaten Demak,Provinsi Jawa Tengah. Sebelah utara, selatan,dan barat berbatasan dengan perkampungan penduduk,sedangkan sebelah sebelah timur berbatasan dengan jalan raya Sultan Patah.Secara astronomis Kabupaten Demak terletak di antara 110°2758"-110°48�47" BT dan 6°43�26"-7°09�43" LS yang mencakup areal seluas 897,43 km2. Sebagian besar wilayahnya berupa dataran rendah dengan bagian barat laut berupa wilayah pantai.Temperatur udara rata-rata adalah 33°-34°. Adapun curah hujan rata-rata pertahunnya 2392,86 mm,dengan curah hujan rata-rata bulanan tertinggi pada bulan Januari.
Deskripsi Bangunan
Masjid Agung Demak merupakan suatu kompleks seluas 1,5 ha yang dipisahkan oleh pagar keliling dari tembok. Pada pagar sisi timur terdapat pintu gerbang utama dengan pipi tangga yang dihiasi ukiran motif tumpal.
Serambi
Serambi Masjid Agung Demak berukuran 30 × 17 m.Serambi berupa ruangterbuka dengan atap limasan yang diperkuat konstruksi kuda-kuda dan baja. Lantai serambi lebih tinggi 60 cm dan halaman masjid terbuat dari tegel teraso warna putih ukuran 30 × 30 cm. Bangunan ini memiliki delapan buah tiang utama berpenampang bujur sangkar, terbuat dan kayu jati berukir, dan 24 buah pilar berpenampang lintang bujur sangkar dari pasangan bata berspesi. Kedelapan tiang tersebut menurut legenda dibawa dan Keraton Majapahit dan terkenal dengan nama â��saka majapahitâ��. Di bawah tiang kayu terdapat umpak setinggi 60 cm dari batu andesit. Saka Majapahit dipenuhi dengan ukitan motif sulur, tumpal, dan daun yang distilir. Di ruang serambi terdapat dua buah bedug dan dua buah kentongan kayu. Bedug yang terletak diutara berukuran99 cm, sedang yang berada di selatan 87 cm. Ukuran panjang masingÂmasing adalah 107 cm dan keduanya digantungkan pada gawangan kayu setinggi 200 cm. Kentongan berukuran panjang 165 cm, lebar lubang 11 cm, dan 45 cm. Kentongan ini diletakkan mendatar di atas kaki yang terbuat dari kayu. Kentongan yang lain digantungkan pada gawangan bedug dengan ukuran tinggi 164 cm, 0 36 cm, dan panjang lubang 115 cm. Satu-satunya dinding yang terdapat di rang serambi adalah penyekat antara rang shalat utama dengar. serambi tersebut. Pada dinding tersebut di kanan-kiri pintu masuk utama terdapat 60 buah keramik berwama biru putih. Atap serambi dari sirap berbentuk tumpang.
Ruang utama
Ruang utama berukuran 23,10 × 22,30 m. Pintu masuk ruang utama ada tiga buah, yaitu di bagian tengah dan di sisi kiri kanan pintu- tengah. Pintu tengah atau pintu utama disebut juga dengan lawang bledek, berkuran lebar 285 cm dan tinggi 370 cm dan memiliki dua daun pintu berukir. Motif ukiran berupa tumbuh-tumbuhan, jambangan, sejenis mahkota, dan kepala binatang mitos dengan mulut bergigi yang terbuka. Menurut cerita rakyat, kepala binatang tersebut menggambarkan petir yang konon pemah ditangkap Ki Ageng Sela dan dibawa ke alun-alun Demak. Karena itu pintu tengah disebutâ��lawang bledekâ�� yang berarti pintu petir. Pintu tengah yang ada sekarang merupakan tiang,sedangkan yang asli disimpan di Museum Agung Demak karena kondisinya sudah aus. Di atas pintu utama ini terdapat prasasti berhurf dan berbahasa Jawa yang berbunyi:â��wit pambukakipun masjid demak tiang dinten shad kaping tanggal ping 25 jumadilawal tahun jumakir: warsa:1769".
Pintu samping berjumlah empat buah yaitu di sisi timur ada dua buah dan di sisi utara dan selatan masing-masing sebuah. Jendela ada sepuluh buah yang terletak di dinding timur,selatan,dan utara masing-masing dua buah, sedangkan di dinding barat ada empat buah.Lantai ruang utama dari tegel marmer wama putih dengan ukuran rata-rata 74 × 74 cm. Dinding rang utama dibuat dari pasangan bata yang diplester. Ruang utama memiliki empat buah saka guru dari kayu jati dan 12 buah saka rawa. Menurut babad Tanah Jawi, keempat saka guru tersebut dibuat oleh empat orang wall, yaitu Sunan Gunungjati (saka guru barat daya), Sunan Bonang (saka guru barat laut), Sunan Kalijaga (saka guru timur laut), dan Sunan Ampel (saka guru tenggara). Diantara keempat saka guru tersebut, saka guru buatan Sunan Kalijaga mempunyai cerita yang unik. Konon saka guru buatan Sunan Kalijaga terdiri dari potongan-potongan kayu yang disebut dengan tatal yang diikat dengan rumput rawa dan. Atap masjid berbentuk tumpang tiga, terbuat dari sirap serta berpuncak mustaka.
Mimbar
Mimbar masjid berukuran panjang 246 cm, lebar 165 cm, dan tingggi 292 cm, terbuat dari kayu Jan. Mimbar terdiri dari bagian dasar, tempat duduk dan sandaran, serta bagian atas. Di bagian dasar terdapat tip anak tangga dan sepasang tiang penyangga di kanan kirinya serta sepasang lagi di samping sandaran. Dinding bagian dasar sisi kanan dan kin serta tiang penyangga hampir dipenuhi dengan ukiran bermotif tumbuh-tumbuhan. Di muka tiang penyangga depan terdapat sepasang patung singa duduk setinggi 0,5 m yang distilir dengan pola tumbuh-tumbuhan. Ujung-ujung tiang penyangga dihubungkan oleh lengkung kala makara dengan motif surya majapahit. Bagian yang lain seperti tempat meletakkan tangan-tangan di kanan-kiri tempat duduk dan sandaran dihias dengan ukiran bermotif tumbuh-tumbuhan serta naga yang distilir. Mimbar diletakkan dl atas landasan pasangan bata setinggi 30 cm di atas lantai rang utama. Mimbar ditutup dengan bangunan kaca berkerangka kayu. Mimbar dicat dengan wama kuning emas.
Mihrab
Ukuran keliling tembok pengimaman adalah 6 m, tinggi 2 m, dan tebal 0,80 m. Pada dinding mihrab sisi barat dipasang tegel porselin. Dinding mihrab sisi barat terdapat hiasan relief cekung berbentuk kura-kura. Gambar yang memperlihatkan kepala, badan, empat kaki, dan ekornya ditafsirkan sebagi sengkalan dan menunjukkan angka tahun 1401 S (1479 M), yaitu tahun yang dianggap sebagai berdirinya Masjid Agung Demak. Dinding di atas pintu mihrab diberi beberapa hiasan tempel berupa kayu berukir serta keramik annam. Adapun motif ukiran pada hiasan kayu adalah sulur-suluran dan kaligrafi Arab yang berbunyi �Allah�.
Maksurah
Maksurah adalah bangunan kecil yang terletak di sebelah kiri pengimanan/mihrab dan berfungsi sebagai tempat sholat raja atau penguasa. Maksurah Masjid Agung Demak berukuran 28 × 182 × 319 cm, terbuat dari kayo jati ditempatkan di atas landasan pasangan batas setinggi 30 cm. Dinding bagian bawah dibuat dari papan kayu jati setebal 3 cm yang diukir tembus/krawangan dengan motif kertas tempel. Dinding atas berupa kaca buram berwarna gelap dengan bingkai berukir suluran. Maksurah ini dilengkapi pula dengan pintu masuk dari sisi utara yang berukuran lebar 67 cm dan tinggi 156 cm. Pada dinding bagian atas ketiga sisinya terdapat prasasti berhuruf dan berbahasa Arab. Pada bidang dinding atas sisi timur terdapat motif-motif hias bingkai cermin diisi dengan ukiran kaligrafi huruf Arab. Adapun arti prasasti tersebut antara lain: mushala ini adalah tempat yang mulia untuk raja negeri yang terkenal yaitu dengan nama Raden Tumenggung Muslim yang memimpin kita dengan kebaikan. Pada ambang pintu sisi utara dan selatan diisi kalimat shahadat.
Pawestren
Pawestren Masjid Agung Demak berukuran 12 × 3,5 m dengan ketinggian lantai 80 cm dari permukaan halaman. Pawestren mempunyai delapan tiang kayu, empat diantaranya adalah tiang asli dan diberi tempelan kayu berukir motif sulur-suluran.
Bangunan lain
Bangunan lainnya yang berhubungan dengan Masjid Agung Demak antara lain:
1. Menara adzan
Menara terletak di halaman depan masjid sisi selatan dan dibuat dengan konstruksi baja siku. Ukuran menara bagian kaki 4 × 4 m sedang tinggi menara 22 m. Atap menara berbentuk kubah dengan hiasan bulan sabit serta lengkung-lengkung pada dinding ruangannya. Untuk mencapai ruangan atas terdapat tangga naik dari papan kayu.
2. Makam
Makam-makam terletak di belakang masjid, sebagian berada di dalam cungkup dan sebagian besar lainnya terdapat di luar cungkup. Secara garis besar, makam-makam tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu:
a. kelompok makam di dalam cungkup di sebelah barat laut masjid.
Cungkup makam di sebelah barat laut masjid dikenal dengannamacungkup Sultan Trenggana.Bangunan ini berupa bangunan tajug beratap tumpang dua. Ukuran bangunan 10,40 × 9,40 m. Jumlah makam di dalam cungkup ada 24 buah dengan panjang jirat rata-rata lebih 200 cm,diantaranya makam Sunan Prawoto, Pati Unus, Pangeran Pandan, dan 11 buah makam yang tidak dikenal.
b.kelompok makam di luar cungkup di sebelah barat masjidJumlah makam ada 68 buah yang sebagian besar merupakan makam baru. Ukuran panjang jirat rata-rata 120-170 cm. Diantara makam : makam tersebut yang dikenal adalah makam Raden Bariyo Penangsang yang jiratnya berukuran 390 cm, lebar 56 cm, dan tinggi 80 cm.
c. kelompok makam di utara masjid kelompok makam di sebelah utara masjid meliputi kelompok makam Raden Patah, makamÂmakam yang ada di halaman sisi utara. Jumlah makam dalam kelompok ini 51 buah, diantaranya makam Darmokusumo yang jiratnya berukuran panjang 60 cm, lebar 50 cm, dan tinggi 100 cm. Jirat makam tersebut terbuat dari pasangan bata. Adapun nisannya dari papan batas berujung lengkung kurawal dengan puncak datar.
d. kelompok makam di selatan masjid Jumlah makam ada tujuh buah, diantaranya yang dikenal adalah makam Maulana Malik Ibrahim. Jiratnya terbuat dari pasangan bata. Ukuran jirat panjang 250 m, lebar 40 cm, dan tinggi 15 cm.
3. Paseban
Paseban terletak di sebelah utara masjid, berfungsi sebagai tempat ruang tunggu bagi peziarah yang akan masuk ke makam Sultan Trenggana dan Raden Patah.
4. Tempat wudhu
Bangunan tempat wudhu ada dua buah yaitu tempat wudhu pria terletak di sebelah utara masjid dan tempat wudhu wanita di selatan masjid. Ukuran bangunan masing-masing 5 × 10 m. Kedua bangunan merupakan bangunan terbuka yang mempunyai bak air untuk wudhu dan dilengkapi beberapa kamar kecil.
5. Kolam
Bangunan kolam terletak di sudut tenggara serambi masjid. Di dalam kolam tampak sejumlah batu kali yang disusun berkelompok. Di timur kolam membentang pagar dari pasangan bata yang ditempeli batu-batu koral putih. Bangunan tersebut semula adalah pawestren yang terletak di selatan masjid. Dalam pemugaran Masjid Agung Demak, bangunan tersebut dikembalikan pada fungsi dan lokasi yang sebenamya.
6. Museum
Bangunan ini berukuran 6 × 13 m, terletak di sebelah utara masjid. Dividing bangunan dari pasangan bata dan batu. Atapnya berbentuk limasan. Bangunan ini dipergunakan untuk menyimpan bendaÂbenda lepas yang berasal dari Masjid Agung Demak.
7. BKM
Bangunan BKM (Badan Kesejahteraan Masjid Agung Demak) berfungsi sebagai tempat pendaftaran para peziarah terletak di sebelah utara masjid berukuran 6 × 10 m. Dinding bangunan dari pasangan bata dan batu. Atapnya berbentuk limasan.
8. Latar Sejarah
Masjid Agung Demak didirikari pasta tahun 1401 S (1479 M). Penentuan ini didasarkan pada candrasengkala yang terdapat di sebelah barat dinding mihrab, yaitu hiasan kura-kura yang memperlihatkan bagian kepala, badan, empat kaki, dan ekor. Hiasan ini ditafsirkan sebagai angka tahun 1401 S atau 1479 M. Masjid Agung Demak merupakan masjid kerajaan. Hal ini dapat dilihat dari adanya maksurah yaitu tempat shalat para raja. Selain itu, dapat juga dibuktikan dari letak bangunan masjid di sebelah barat alun-alun dan makam para penguasa Demak seperti Raden Patah dan Sultan Trenggono. Kekuasaan politik yang bercotrak Islam di Jawa baru timbul sekitar abad XV, yaitu dengan munculnya Kesultanan Demak. Berdasarkan data sejarah, Demak muncul setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit. Ketika itu wilayah-wilayah yang berada di pesisir antara lain Surabaya, Tuban, dan Gresik berusaha untuk membebaskan diri ikatan politik dan ekonomi dari Kerajaan Majapahit. Ketiga daerah tersebut merupakan daerah pelabuhan yang ramai, sehingga banyak pedagang yang singgah di pelabuhan untuk saling tukar menukar barang dagangan. Di antara para penguasa daerah pesisir temyata banyak yang telah memeluk agama Islam, seperti Bupati Majapahit yang berkedudukan di Demak, yaitu Raden Patah. la juga secara terang-terangan melepaskan diri dari Majapahit dan akhirnya mendirikan Kesultanan Demak. Dalam proses perkembangan Kesultanan Demak para penguasannya banyak mendapat bantuan dan bimbingan dan para wali. Pada masa lampau peranan para wali di bidang keagamaan dan pemenntahan, baik sebagai pembimbing maupun motivator cukup besar. Para ulama ini sering bertemu di Masjid Agung Demak membicarakan strategi-strategi penyebaran agama Islam. Peranan ini memang sejalan dengan fungsi masjid pada umunulya, yaitu tempat ibadah, pusat pendidikan, dan pusat penyebaran agama. Masjid Agung Demak pemah mengalami usaha-usaha perbaikan. Menurut babad Tanah Jawa menyebutkan pada tahun 1634 S (1710 M) Pakubuwono I member perintah untuk memperbaiki Masjid Agung Demak dan mengganti sirapnya. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda mengadakan perbaikan terhadap Masjid Agung Demak antara lain dengan memperkuat tiang-tiang utama dengan jalan memberi pelapis kayu dan klem-klem besi. Selanjutnya usaha-usaha perbaikan yang dilakukan pada abad XX antara lain:
-tahun 1924-1926,dilakukan penggantian serambi dan sirap masjid penambahan konstruksi kudaÂkuda bagian atap masjid, dan pembangunan menara dan besi
-tahun 1966-1969,penggantian instalasilistrik dan pagardepan,permbongkaran gapura depan,pembuatan pagar kelilingmasjid,pembongkaran keliling masjid, pembongkaran dan pembangunan kembali serambi
-tahun 1973-1974, pembetonan pada tembok masjid, penggantian sebagian sirap dan rehabilitasi makam sultan
-tahun 1982/1983-1987/1988, pemugaran yang dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah.
(F.N,sumber buku msjd kuno ditjen kebud depdikbud)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Membacanya dan tolong kasih Komentarnya.